Halaman

Kamis, 12 Desember 2013

EVOLUSI TAKSONOMI

Spesies biologis adalah suatu populasi atau group populasi yang anggota-anggotanya memiliki kemampuan untuk kawin sesamanya dan menghasilkan keturunan.
Contoh:
-          2 ekor kelinci berasal dari satu spesies yang sama
-          Tetapi kucing dan kelinci berasal dari 2 spesies yang berbeda
Nama spesies: nama ilmiah yang diberikan oleh ahli taksonomi menurut cara nomenklatur yang disebut system binomial. Jadi nama spesies terdiri dari 2 kata (binomial), nama pertama menunjukan nama genus, sedangkan kata kedua menunjukan nama spesies.
Contoh
Oryza sativa = nama spesies untuk tanaman padi
Oryza = nama genus, dalam kelompok genus ini
Terdapat nama spesies lain yang bersaudara (sama-sama satu genus), ialah Oryza glaberrima (padi afrika), dll.
Spesies yang berbeda terkadang mempunyai bentuk serupa (contoh semut hitam dengan semut gula. Aneka bambu adalah berbeda spesies tetapi serupa).
Sebaliknya spesies yang sama kadang-kadang juga banyak bedanya (contoh aneka jenis tanaman padi dalam satu spesies Oryza sativa. Subspesies= dua atau lebih kelompok populasi yang masih etrgolong satu spesies yang sama, tetapi memiliki sifat genetic yang hamper serupa. Kedua subspecies terkadang masih dapat kawin sesamanya.

Spesiasi Alopatrik
Pada spesiasi alopatrik, proses-proses geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih populasi yang saling terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan organisme yang hanya menempati dataran rendah, suatu glasier yang bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu populasi, suatu jembatan darat (seperti Genting Panama) bisa membentuk dan memisahkan kehidupan laut pada kedua sisinya, atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika individu-individu menempati daerah baru yang terisolasi secara geografis, populasi yang membentuk koloni itu bisa menjadi terisolasi dari populasi tetuanya.
Seberapa kuat sawar geografis yang diperlukan untuk mempertahankan populasi alopatrik tetap terpisah satu sama lain tergantung pada kemampuan organisme itu untuk menyebar, mobilitas hewan atau daya penyebaran spora, serbuk sari, dan biji-bijian tumbuhan. Grand Canyon sangat mudah diseberangi oleh burung elang atau burung lain, namun merupakan sawar yang tidak dapat dilewati oleh populasi hewan pengerat kecil yang lingkungan hidupnya terbatas di salah satu sisi utara atau selatan ngarai tersebut. Salah satu contoh spesies alopatrik adalah kedua spesies tupai antelope yang menempati sisi tebing yang berlawanan di Grand Canyon. Pada tebing selatan hidup tupai antelope Harris (Ammospermophilus harrisi). Beberapa mil dari daerah itu pada tebing sisi utara hidup tupai antelope berekor putih (Ammospermophilus leucurus), yang berukuran lebih kecil dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan warna putih di bawah ekornya.
Apabila suatu populasi menjadi alopatrik, kemungkinan terjadinya spesiasi sangat besar karena kumpulan gen yang terisolasi itu akan mengakumulasikan perbedaan genetik yang disebabkan oleh adanya mikroevolusi. Akan tetapi, populasi terisolasi yang berukuran lebih kecil lebih mungkin untuk mengalami perubahan yang cukup besar untuk menjadi spesies baru, dibandingkan dengan populasi berukuran besar.
Isolasi geografis suatu populasi kecil umumnya terjadi pada daerah pinggiran tempat hidup populasi tetua. Populasi yang memisahkan diri itu, yang disebut sebagai isolat periferal, adalah suatu calon yang baik untuk terjadinya spesiasi karena tiga alasan :
  1. Kumpulan gen isolat periferal mungkin berbeda dari kumpulan gen permulaan populasi tetua. Jika jumlah isolat periferal cukup kecil, maka akan terdapat efek pendiri yang menghasilkan suatu kumpulan gen yang tidak mewakili gen populasi tetuanya.
  2. Sampai isolat periferal menjadi populasi yang besar, hanyutan genetik akan terus mengubah kumpulan gennya secara acak. Mutasi baru atau kobinasi alel yang ada saat ini bersifat netral dalam nilai adaptasinya bisa menjadi tetap (fixed) dalam populasi semata-mata hanya karena faktor kebetulan, sehingga menyebabkan perbedaan genotip dan fenotip dari populasi tetua.
  3. Evolusi yang disebabkan karena seleksi alam bisa mengambil arah yang berbeda dalam isolat periferal dibandingkan dengan di dalam populasi tetua.
Evolusi bayak spesies yang beradaptasi secara meluas dari tetua yang sama disebut dengan penyebaran (radiasi) adaptif (adaptative radiation). Contohnya penyebaran adapti burung finch Galapagos yang sangat jelas terlihat pada banyaknya jenis paruh yang dikhususkan untuk jenis makanan yang berbeda-beda, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Di bawah ini merupakan model penyebaran adaptif pada serangkaian pulau. Angka 1 menunjukkan satu pulau dalam kumpulan tiga pulau ini ditanami biji-bijian dari suatu koloni  kecil yang dibentuk oleh individu spesies A, yang tertiup dari populasi daratan utama. Angka 2 menunjukkan bahwa kumpulan gennya sekarang terisolasi dari spesies tetuanya, populasi pulau itu berevolusi menjadi spesies B seiring dengan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan barunya. Angka 3 menunjukkan bahwa Badai atau agen penyebar lainnya menyebarkan spesies B ke pulau kedua. Angka 4 menunjukkan bahwa koloni yang terisolasi itu berevolusi menjadi spesies. Angka 5 menunjukkan bahwa setelah itu individu dari spesies C kembali ke pulau pertama dan hidup bersama dengan spesies B, tetapi sawar reproduktif mempertahankan kedua spesies sebagai spesies yang berbeda. Angka 6 menunjukkan bahwa koloni spesies C bisa juga pindah ke pulau ketiga. Angka 7 menunjukkan bahwa spesies C menyesuaikan diri dan membentuk spesies D. Angka 8 menunjukkan bahwa spesies D tersebar ke kedua pulau tetuanya. Angka 9 menunjukkan bahwa setelah itu spesies D berkembang menjadi spesies baru yaitu spesies E pada salah satu pulau.




Spesiasi Simpatrik
Dalam spesiasi simpatrik, spesies baru muncul di dalam lingkungan hidup populasi tetua, isolasi genetik berkembang dengan berbagai cara, tanpa isolasi geografis. Sebagai contoh, dalam sebuah generasi tunggal sebuah spesies baru (yang didefinisikan oleh konsep spesies biologis) dapat dihasilkan jika perubahan genetik yang dihasilkan menyebabkan sawar reproduktif antara mutan dan populasi tetua. Banyak spesies tumbuhan dihasilkan secara tidak sengaja selama pembelahan sel yang mengakibatkan  tambahan jumlah kromosom, yaitu kondisi mutan yang disebut dengan poliploidi. Suatu autopoliploidi (Bahasa Yunani, autos: ”sendiri”) adalah individu yang memiliki lebih dari dua kumpulan kromosom, dan semuanya diperoleh dari satu spesies. Sebagai contoh, kegagalan meiosis selama produksi gamet dapat melipatgandakan jumlah kromosom dari jumlah diploid (2n) menjadi jumlah tetraploid (4n). Kemudian tetraploid dapat membuahi dirinya sendiri (penyerbukan sendiri) atau kawin dengan tetraploid yang lain. Namun demikian, mutan itu tidak akan berhasil kawin dengan tumbuhan diploid dari populasi aslinya, keturunannya, yang akan menjadi triploidi (3n), menjadi steril karena kromosomnya yang tidak berpasangan menyebabkan meiosis yang abnormal. Dalam satu generasi saja, suatu sawar pascazigotik telah menyebabkan isolasi reproduktif dan telah menghambat aliran gen antara populasi tetraploid yang sangat kecil (mungkin hanya terdiri atas satu tumbuhan pada mulanya) dengan populasi diploid tetuanya di sekitarnya.
Spesiasi simpatrik dengan autopoliploidi ditemukan pertama kali pada awal tahun 1990-an oleh ahli genetika Hugo de Vries 1990-an ketika ia sedang mempelajari genetika sejenis bunga primrose ketika ia sedang mempelajari genetika sejenis bunga primrose malam (Oenothera lamarckiana), suatu spesies diploid dengan 14 kromosom. Suatu hari, de Vries memperhatikan munculnya suatu varian yang tidak biasa diantara tumbuhannya, dan pemeriksaan mikroskopis memperlihatkan bahwa tumbuhan itu bersifat tetraploid dengan 28 kromosom. Ia menemukan bahwa tumbuhan itu tidak mampu kawin dengan bunga mawar diploid, dan ia menamai spesies baru itu Oenothera gigas.
Tipe lain dari spesies poliploid yang jauh lebih umum ditemukan dibandingkan dengan autopoliploidi disebut dengan alopoliploidi. Suatu alopoliploidi dihasilkan ketika dua spesies yang berbeda saling mengawini dan menyatukan kromosomnya. Hibrida antar spesies umumnya mandul karena kumpulan kromosom haploid dari satu spesies tidak dapat berpasangan selama meiosis dengan kumpulan kromosom haploid dari spesies yang lain. Meskipun tidak subur, suatu hibrida mungkin saja lebih kuat dan sehat dibandingkan dengan induknya dan memperbanyak dirinya secara aseksual yang dapat dilakukan oleh banyak tumbuhan). Di bawah  ini merupakan gambar mengenai autopoliploidi dan alopolipoidi.

                                Gambar Spesiasi Simpatrik melalui Poliploidi pada Tumbuhan
                Banyak tumbuhan yang kita tanam untuk menghasilkan makanan bersifat poliploidi. Gandum, kapas, kentang dan tembakau adalah sebagian spesies poliploidi yang penting bagi pertanian. Gandum yang digunakan untuk roti, Triticum aestivum adalah suatu alopoliploid yang mungkin mulai ada sekitar 800 tahun silam sebagai suatu hibrida spontan antara gandum yang dibudidayakan dengan rumput liar. Di bawah ini merupakan gambar evolusi gandum (Triticum).


                Pada gambar di atas, spesiasi simpatrik pertama menghasilkan gandum emmer, yang diturunkan dari hibridisasi antara Triticum liar dengan spesies yang telah dibudidayakan (T.monococcum) yang telah dibudidayakan untuk menghasilkan makanan di Timur Tengah selama paling tidak 11.000 tahun. Hibridisasi kedua, antara gandum emmer dan spesies liar (T. Tauschi), menghasilkan gandum roti sekitar 8000 tahun yag lalu. Huruf A, B dan D menggambarkan kromosom yang dapat dilacak sampai ke spesies tertentu. Dengan demikian gandum roti ini memiliki kromosom yang diturunkan dari tiga spesies tetua yang berlainan.
Spesiasi simpatrik bisa juga terjadi dalam evolusi hewan, meskipun mekanisme yag terjadi berbeda dari penggandaan kromosom pada tumbuhan. Hewan dapat  terisolasi secara reproduksi di dalam daerah geografis suatu populasi tetua jika faktor-faktor genetik menyebabkan mereka menjadi terikat pada sumber daya yang tidak digunakan oleh populasi tetua.
Dengan terjadinya spesiasi, maka akan dijumpai adanya keanekaragaman organisme. Untuk mempelajari dan mengenal organisme yang beranekaragam ini, manusia melakukan klasifikasi.



Penghalang Geografis dan Ekologis
Contoh isolasi ekologis adalah hewan singa dengan harimau. Keduanya terisolasi secara ekologis. Habitat hewan singa adalah padang rumput yang terbuka, sedangkan hewan harimau menggunakan habitat hutan lebat dan tergolong hewan soliter. Kedua hewan ini secara ekologis tidak bertemu untuk kawin. Tapi pengamatan di kebun binatang menunjukan bila hewan ini dimasukan dalam satu kandang, mereka dapat kawin sesamanya dan menghasilkan keturunan. Perkawinan singa dan harimau dengan demikian tidak terjadi di alam tetapi dapat terjadi di kandang (buatan manusia).
Dalam jang panjang singa dan harimau dapat terpisah secara reproduktif karena isolasi geografis.


Muslim, Choirul. 2008. Buku Teks Evolusi. Bengkulu:UNIB Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar