Halaman

Rabu, 24 September 2014

CERPEN

DEAR SNOW part II


Aku menyeka air mata yang mengalir di wajahku. Bermimpi mengenai masa lalu membuatku teringat dirinya. Sosok yang bisa membuat jantungku berdetak dengan kencang dan tersenyum dengan lebarnya. Sudah 2 tahun berlalu sejak kelulusan SMA, sekarang aku sedang kuliah di wilayah Tokyo. Yuki, orang yang sangat kucintai sejak SMA, kuliah di tempat yang berbeda. Tidak pernah sekalipun aku bertemu dengannya sampai saat ini. Terakhir bertemu ketika upacara kelulusan, dengan mengumpulkan keberanian, aku minta foto berdua dengannya. Selesai berfoto, Yuki tiba-tiba berkata,
                “Atsuki, aku sepertinya mau bekerja dulu.”
                “Eh! Kenapa tiba-tiba berkata seperti itu.”
                “Aku akan pergi dari Tokyo, setelah puas bekerja, baru kuliah. Maaf ya!?”
                “Eh, kenapa minta maaf juga!? Dasar aneh!”
Yang aneh itu justru diriku yang tetap saja tidak bisa bicara terus terang padanya mengenai perasaanku. Selama ini Yuki hanya menganggap bercanda kata-kataku. Aku menatap lekat-lekat punggung Yuki yang berjalan pergi meninggalkan diriku. Kebodohanku tak berhenti sampai disitu, aku tak punya alamat emailnya, bahkan tidak bertanya dia akan bekerja di mana.

Sosok dirinya bagaikan salju, indah dipandang, jika aku menyentuhnya maka akan meleleh. Oleh karena itu aku tidak berani mengungkapkan perasaanku padanya. Takut Yuki akan membenciku, dan menghilangkan keberadaan diriku dalam pikirannya. Bagiku hanya berada di dekatnya saja adalah merupakan suatu kebahagian.
Selama 2 tahun ini aku tidak mendengar kabarnya sama sekali. Kadang aku berpikir, apakah aku masih mencintainya. Tapi sampai saat ini belum ada laki-laki lain yang bisa membuatku jatuh cinta lagi. Aku hanya berharap semoga Yuki menjalani hidupnya dengan bahagia, begitu juga diriku. Saat ini hanya mengikuti arus jalan hidupku saat ini.
Tapi aku tidak mengerti mengapa hari ini jadi sangat teringat dirinya. Mungkin karena semalam aku bermimpi tentangnya. Hahaha, mungkin aku tidak diperbolehkan melupakan Yuki. Kalau seperti ini aku bisa depresi memikirkan dirinya. Lebih baik aku jalan-jalan  ke gunung saja, pikiran bisa lebih jernih.
Jalan-jalan ke gunung memang cara yang tepat menjernihkan pikiran. Setelah mendaki selama 2 jam akhirnya sampai ke puncak. Pemandangan dari atas gunung benar-benar luar biasa. Ternyata ada orang lain yang mendaki ke gunung hari ini. Aku menatap lekat-lekat orang tersebut. Tidak, tidak mungkin, ini pasti cuma bohong. Aku terpaku di tempat, jantungku berdetak dengan kencang, aku tidak berani menyebut namanya. Ah, dia menoleh padaku.
“Atsuki!? Kau mendaki gunung?”
Benar, benar, ini Yuki. Dia memanggil diriku, dan tetap saja tidak berubah, bertanya hal yang aneh. Aku tidak bisa membendung air mataku ini, perasaan rindu yang tertahan, ternyata aku masih mencintainya. Aku menangis dengan derasnya.
“Atsuki? Kenapa? Kakimu terkilir?”
                Yuki mendekatiku dengan wajah yang khawatir, dia memeriksa kakiku. Tidak berubah, Yuki memang baik sekali pada diriku yang seperti ini. Aku benar-benar mencintai orang ini,
                “Yuki, Yuki, Yuki” aku memanggilnya dengan terisak.
                “Ada apa? Mana yang sakit?”
                “Yuki, aku suka padamu. Sangat suka padamu. Suka, suka, suka.” aku mengungkapkan perasaanku sambil terus menangis dengan derasnya.
                “Suka!? Padaku!?”
                Yuki menyeka air mataku yang tidak berhenti mengalir.
                “Kalau kau suka padaku, kenapa kau menangis!? Apakah menyukaiku adalah sesuatu yang menyakitkan!? Aku minta maaf. Sekarang tersenyumlah, aku lebih senang saat kau bilang suka dengan wajah tersenyum. Yang membuatku berpikir bahwa ternyata aku  menyukaimu.”
                Mendengar kata-kata Yuki barusan membuatku kaget. Apa maksudnya?
                “Yuki?”
                “Aku minta maaf saat kelulusan karena tidak bisa menyatakan perasaanku. Aku berpikir kalau Atsuki akan hidup lebih baik jika tidak ada aku. Makanya aku pergi jauh. Tapi ternyata tidak bisa, selama 2 tahun ini isi kepalaku rasanya jadi berantakan. Setiap hari selalu teringat dirimu. Makanya aku kembali ke Tokyo. Tapi karena tidak tahu dimana kau tinggal, aku pergi ke puncak gunung. Siapa tahu bisa melihat dirimu dari atas puncak.”
                Aku tidak percaya Yuki suka padaku. Biarlah walaupun hanya mimpi.
                “Yuki, kau bodoh ya. Aku suka Yuki” kali ini aku mengungkapkannya dengan senyum.
                “Atsuki, maaf ya!”
                “Eh!? Maaf untuk apa?”
                Tiba-tiba Yuki mencium bibirku. Aku terbelalak kaget, tapi kemudian akupun memeluknya. Tentu saja aku memaafkannya.
Kami turun gunung sambil bergandengan tangan. Aku rasa dia sudah bukan salju lagi yang meleleh jika disentuh. Tapi merupakan bunga sakura di musim semi sebagai ganti salju di  musim dingin.

Kamis, 11 September 2014

HIKING KE CIKURAI

      Gw dan teman gw yang sesama guru (panggil saja wan wan) berencana pergi hiking ke Gunung Cikurai, Garut. Hiking ini pertama kalinya untuk wan wan, sedangkan gw sudah terbiasa tracking saat masih kuliah. Kita pergi ikut rombongan teman-temannya wan wan. Karena mereka sudah terbiasa pergi hiking. Di rencana kami berangkat jumat sore, 21 Juni 2014. Dari hari senin kegiatan di sekolah tempat kami mengajar sudah sangat sibuk dengan rapat kenaikan kelas dan juga pengisian raport. Wan wan yang notabene sebagai wali kelas menjadi dilema karena belum  mengisi raport kelasnya. Karena 90% tubuh gw terdiri dari kebaikan, makanya gw bantu deh wan wan mengisi raport (sialannya sampe posting ini di buat, janjinya mo traktir belum terlaksana, kampret emang). 
          Jam 5 sore tanggal 21 Juni 2014 gw berangkat ke sekolah untuk janjian dengan wan wan. Kami menuju ke kobong nya wan wan setelah magrib. Dia mau mengambil perlengkapan hiking. Setelah itu pergi menuju rumahnya wan wan dengan mengendarai motor gw. Si wan wan mau minta doa restu ibunya karena ini untuk pertama kalinya dia pergi hiking. Kami langsung pergi ke tempat pertemuan (rumah temennya wan wan)  yang memang dekat dengan rumah wan wan. Rencana nya dari Jakarta kami berangkat pukul 9 malam, jadi kami pergi ke tempat pertemuan sekitar jam setengah 9 malam. Yah namanya juga orang Indonesia, ngaret pasti selalu (kecuali gw tentunya). Di rumah temannya wan wan, gw ketemu orang-orang baru yang sangat menarik. Ada bang jem, bang badru, bang ibnu, bang bustomi, dan yang lain (namanya lupa). Kampret sekampret kampretnya, kata si wan wan cewe yang ngikut banyak ada sekitar 5 orang. Eh, pas di tempat, cuma ada GW!? Oh My God, apa kata orang tua dan teman-teman jika mendengar hal ini (gw sih cuek sebenernya). Gw sendirian di kumpulan cowo-cowo yang baru dikenal. Tapi ternyata lama-lama asyiknya mereka muncul. Ketawa mulu gw tiap denger cerita-cerita mereka.
         Karena menunggu orang sana-sini, jam 12 malem kita berangkat ke pasar Induk  (di sini nambah 1 cewe pemula yang ngikut hiking karena di ajak pacarnya) di daerah Poris untuk ngetem mobil sayur. Truk sayur, iya truk sayur yang bisa juga ngangkut kambing. Kita ke garut naik mobil sayur. Berjam-jam kami nunggu  di pasar induk truk yang  mau di sewa. Jam 3 akhirnya kami menemukan truk sayur yang mau di sewa. Kejadian unik masih mengikuti perjalanan kami, ternyata tuh truk sayur mau sekalian nganterin barang juga. Kita pergi dulu ke suatu tempat untuk ngambil barang yang mau di anter. Karena sekat yang terlalu tinggi kami jadi tidak bisa melihat jalan. Truk tiba-tiba berhenti, ternyata sudah sampai ke tempat barang yang mau diangkut. Teman-teman mulai bangun dan berdiri begitu juga gw, mau lihat lagi di daerah mana. Dan dengan wajah tersenyum kecut gw berkata "Wah, sepertinya saya kenal tempat ini deh!!!". Kampret!!! Ternyata tempat ngambil barangnya tuh di daerah rumah temennya wan wan. Untuk apa kita melakukan perjalanan naik motor dari rumahnya wan wan ke pasar induk. Nunggu ampe berjam-jam pula. Hadoh~
             Yap! Kasar-kasarnya kita berangkat dari Jakarta tuh jam 4 pagi tanggal 22 Juni 2014. Di truk anginnya berhembus kencang (namanya juga gak ada atap). Sebelum naik gunung kayanya gw bakal mati karena kebanyakan nelen angin, itu dalam pikiran gw. 
          Yey!! Akhirnya sampe di gunung cikurai, langsung hiking deh. Iya, maunya sih ngomong begitu, tapi pada kenyataannya kesialan kita belum berakhir. Ternyata supir truk sayur salah berhenti, dasar wakadobol!!! Yang seharusnya berhenti di gerbang lereng gunung cikurai malah berenti di daerah kebun teh. Penjaga di sana gak memperbolehkan truk masuk, yah mau ga mau kita jalan dulu sampai menara lereng gunung. Dan, trackingnya tuh gak sebentar, jalanannya gak mulus pula, mana jalan setapaknya dipakai para crosser untuk balapan. Jadi, sekali-kali kita minggir membiarkan motor lewat. Kita sampai di garut tuh jam setngah 9 pagi, istirahat bentar sampai jam 9  trus jalan sampai menara pengawas jam 11. Berapa lama tuh kita jalan sambil bawa tas carrier 20 kg, dan itu belum di gunungnya. Hmmmm, cuma bisa menghela napas aja deh. Tapi lumayan juga sih perjalanan menuju menaranya, gw sempet sholat di pinggir sungai bersejadahkan cover bag tas carrier.


            Alhamdulillah kita sudah sampai di menara, mungkin karena sholat sebelumnya, di tengah jalan ada truk sayur lewat nebenglah kita sampai menara. Di menara ada warung, wc umum, dan musholah, karena perjalanan yang sangat panjang kita istirahat cukup lama, mulai dari makan, sholat, ganti baju, buang air kecil dan besar. 

             Niatnya habis ashar kita mau berangkat, tapi karena hujan terus mengguyur dari jam 2 siang. Akhirnya kita menunggu sampai hujan reda baru mulai hiking. Kita berangkat hiking jam 5 sore, jadi kita pas di gunungnya udah malem. Menurut gw malem hari di gunung itu gak nyeremin kalo rame-rame), buktinya aja gw ketawa terus disepanjang perjalanan. Lagian ada aja yang ngelawak, lampu meja belajar di bawa untuk pengganti senter, ada yang benci banget rokok djisamsoe (kalo merek lain gak apa-apa katanya, sama aja boong dodol). Yah saat hiking ini emang ada sesuatu yang gw benci banget dari para cowo-cowo petualang ini, tiap berhenti istirahat mereka pasti ngerokok termasuk wan wan. Dengan pedesnya gw berkata ke wan wan, "wan, kayanya pas turun gunung gw bakal mati karena menghisap banyak asap rokok". Nyebelin banget mereka yang dengan santainya tetap ngerokok di depan gw yang benci banget rokok. Rasanya gw pengen banget jorokin wan wan ke jurang. Air mineral yang kita bawa kalau habis, diisi ulang di mata air yang ada di gunung (mentah). Sepanjang gunung hanya ada 2 mata air, jadi tuh botol kosong jangan dibuang, tapi kita gunain untuk cadangan air.
             Di gunung cikurai ada 7 pos yang harus kita lewati. Mendaki gunung itu sangat berat sambil ngegemblok tas carrier seberat 20 kg. Di pos 3 (sampai saat pukul 12 malam) kita kemping (bangun tenda) di sana untuk tidur. Yang rencananya jam 3 pagi kita bangun untuk melanjutka perjalanan. Ada 3 tenda, banyak cowo dan 2 cewe. Gimana pembagiannya tuh coba!? Yah mau gak mau gw tidur bareng cowo-cowo, Untungnya masih ada cewe 1 orang, dan kita tidur pakai sleping bag jadi merasa aman. 1 tenda berisi 6 orang, tuh tidur udah kaya pepes, dempet-dempet, tidur cuma 2 jam, si wan wan pakai ngigo lagi, alarm hp nya dia bunyi terus tapi orangnya gak bangun-bangun. Kampret tuh si wan wan!!!. Rencananya memang jam 3 bangun untuk lanjut hiking, tapi yah namanya tidur karena kecapaian, bablas deh same jam 5 pagi baru bangun. 
            Jam 5 banguuuuun, dan gw kebelet pipis banget. Pipisnya di semak-semak dijagain wan wan, mudah-mudahan tuh orang gak ngintip (takut ketahuan kalau gw sebenernya cowo, LOL!!!). Yang memutuskan untuk terus mendaki sampai puncak hanya sedikit. Gw harus ikut, buat apa hiking kalau gak sampai puncak. Sepanjang perjalanan dari satu pos ke pos yang lain, bang jem terus aja ngelawak, perjalanan jadi gak berasa (karena juga tas carrier di taruh di tenda, gak berat jadinya).


           Yyeeeyyy!!!! Akhirnya sampai di puncak gunung cikurai!!! Kita sampai pukul 9 pagi (kalo gak salah, lupa). Sayang memang karena gak liat sunrise di atas puncaknya. Tapi pemandangannya masih bagus, lautan awan, puncak gunung papandayan keliatan juga. Belum istirahat, si wan wan udah minta foto aja, muka gw masih nista banget inih. Gw pinjemin aja kamera gw, biar dia foto-foto sendiri. Sebenernya ada temennya wan wan yang bawa kamera bagus, dan gw ga punya data foto-foto gw ke dia, si wan wan lupa terus mintanya. Pokoknya di puncak momennya foto-foto deh. 





             Kita pergi ke puncak tanpa sarapan, alamat laper banget ini perut. Perut gw sama temen-temen yang lain udah kaya paduan suara di sepanjang perjalanan. Di puncak kita masak mi instan, karena memang pada gak bawa tas carrier, pada lupa bawa piring sama sendok, ingetnya cuma kompor sama panci, dan piring yang bentuknya udah menyedihkan. Gw mesen mi goreng yang makannya bareng si wan wan, karena gak ada sendok, tahukan kawan, gw makan pake batang pohon yang di jadiin sumpit, koplak banget sumpah, pengalaman yang tak terlupakan. Pokoknya kalau udah di gunung, masalah kebersihan terlupakan banget deh, yang penting perut kenyang. 

              Jam 11 siang kita kembali ke tenda, dan mulai beres-beres untuk turun gunung. Bagi para pendaki, kalau mau turun jangan lupa bawa sampah yang berasal dari kita, biar tetep bersih gunung kita. Sampai di lereng gunung saat ashar, di menara tempat awal kita mendaki. Kita bersih-bersih deh di sana, sholat, ganti baju. Pulang setelah magrib, naik truk sayur lagi kita, tapi cuma sampai terminal garut. Sepanjang perjalanan ke terminal, jalanan yang berbatu dan dimalam hari yang gelap gulita, benar-benar sensasi yang keren. Di terminal garut kita naik bus yang menuju ke kampung rambutan. Gak bisa tidur gw di bus, mabok darat men (penyakit anak gaul), supirnya ngendarain bus kaga enak bener deh. Sampai di terminal kampung rambutan pukul 2 pagi tanggal 23 Juni 2014 hari senin. Kita gak langsung ke kalideres, karena bus nya belum ada. Sembari menunggu bus, kita mengadakan evaluasi mengenai pendakian kemarin agar untuk berikutnya menjadi lebih baik (khusunya masalah waktu). Selama evaluasi si wan wan ketiduran, kalau gak dibangunin bakal gw tinggal aja tuh orang. Kita sampai di kalideres pukul 6 pagi, sebenrnya rumah gw ke terminal deket banget, tapi berhubung motor gw ada di rumah temennya wan wan mau gak mau gw muter dulu ke rumahnya. Di rumah temennya wan wan kita nyarap nasi uduk buatan emaknya bang jem dulu. 
            Jam 8 gw sama wan wan pulang ke rumah gw. Si wan wan mau ngambil raport anak-anaknya dia yang udah gw isiin sebagian. Di rumah gw, si wan wan ngelanjutin ngisi raport sedangkan gw beresin tas carrier yang sebagaian nyampur barang-barangnya wan wan, dan bersih-bersih diri, karena kita mau langsung ke sekolah. Kenapa kita getol banget ngisi raport? Karena di hari itu juga raport harus sudah selesai untuk ditandatangani kepala sekolah. Sebenernya kalau jadwal sesuai rencana, kita pulang pas hari minggu nya. Tapi ternyata kita sampai di hari senin pagi. Gak ada istirahatnya gw sama wan wan. Di sekolah gw masih harus ngurusin nempelin foto anak-anak ke raport mereka. Si wan wan pulang dulu mau mandi. Kampret tuh orang emang. Mana kepala sekolah gw langsung bisa nebak kalau yang di raport itu tulisan gw lagi. Hadoh~, lelah sekali di hari itu, padahal gw bukan wali kelas. Gw sempet tidur 2 jam di sekolah, baru setelah itu balik pulang ke rumah.
            Kejadian penting yang gw lupa ceritain. Poster Arashi gw ilang di gunung, kampreeeeet. Tuh poster rencananya mau gw foto bareng gw saat di puncak. Mana tuh poster gw dapet dari DVD Arafest 2013 yang harganya 800ribu. Pokoknya semua salahnya wan wan. Sebelum kejadian gw sempet foto tuh poster. Menyedihkan sekali.

Itulah cerita gw yang terima kasih sudah ada yang mau membacanya. Tunggu cerita hiking berikutnya,

Senin, 13 Januari 2014

ppt materi respon tumbuhan terhadap suhu

Yo Yo masbroh, hari ini yang banjir nya sedang merajalela. Saya suguhkan sedikit kemudahan bagi yang ingin presentasi kuliah fisiologi tumbuhan.
cekidot!

ppt
materi




Jumat, 03 Januari 2014

Traveling to Bandung

Hari ini saya mau ngeposting perjalanan saat ke Bandung. Semoga bermanfaat, dan memang mungkin sangat bermanfaat.

Saya dan teman-teman pergi tanggal 28 - 30 Desember 2013 dengan naik kereta. Zaman sekarang kalau naik kereta harus pesan tiket dulu lewat online jauh-jauh hari (kalau saya 1 bulan sebelum berangkat), dan saya saranin biar gak ribet lewat jasa alfamart saja. Kalau kata temen saya yang pesen sih harganya lebih murah dan cuma minta jasa Rp 3500 per tiket. Nah kalau udah kelar tinggal tunggu hari keberangkatan dan kita tuker bukti pembelian ke loket di stasiun. Jadi, jaga baik-baik tuh bukti pembayaran. 
Di Bandung kita nginep di hotel yang bernama H****** I****, kenapa saya blur? Karena tempatnya benar-benar gak enak banget. Kita pergi saat akhir tahun, yang pastinya ramai banget Bandung. Jadi kita dapat hotel yang sisa-sisa akhir. Makanya kalau mau pergi saat libur-libur besar, pesan hotel 2 bulan sebelumnya deh. 

Tanggal 28 Desember 2013
Sehari sebelumnya saya hampir lupa kalau perginya tanggal 28 Desember, baru ingat waktu sore nya hahaha. Makanya gak ada persiapan yang macem-macem, hanya bawa baju dan uang juga yang ada di dompet, gampang sih kalau duit tinggal gesek di ATM. Kalau lihat jadwal sebenarnya berangkat jam 10.15 pagi, jadi saya berangkat dari rumah jam 8 biar sampainya jam 9 lewat. Eh ternyata eh ternyata, namanya juga Indonesia, ketika tiket udah di cairkan, jadwal berubah menjadi jam 10.50 (ngapain saya di stasiun selama 1,5 jam nunggu!!!!What the fucks!). Yah, akhirnya kereta ke Bandung berangkat deh. Seperti saya utarakan di atas, saya hanya membawa baju, alamat kelaperan di dalam kereta deh. Mau beli di kantin kereta, harga mahal banget. Saya yang beli bakwa harga seribu aja nawar habis-habisan ampe dapet gopek, gak mungkin beli makanan di kereta. Perjalanan selama 3 jam benar-benar menyiksa karena perut terus-terusan merongrong. 
pemandangan dari atas kereta
Akhirnya tiba di Bandung, kita langsung menuju hotel yang terletak di jalan gatot subroto. Di sini saya kasih info lagi, supir angkot di Bandung banyak yang nyerempet tukang tipu, jadi kalau mau pergi ke mana-mana tanyalah penduduk sekitar, baru memutuskan naik angkotnya. Balik lagi ke menuju jalan gatot subroto atau disingkat gatsu (keren ya!), saya saranin naik angkot warna hijau jurusan ST.HALL (stasiun bandung)- Gedebage, dan tanya dulu apakah lewat gatsu atau tidak. Soalnya mereka suka nurunin di tengah jalan seenaknya (biasanya sih sampai ITC Pasar Baru). 
Kita sampai di hotel jam 4 sore, karena sudah kelelahan kita memutuskan makan malam saja sekalian. Kita makan di daerah jalan burangrang, tujuan saya cuma martabak San Fransisco yang katanya enak, dan ternyata emang enak banget (martabak ini cabangnya di Bandung banyak kok). Kita makan di suatu food court pinggir jalan, saya kira harganya standar, tahu-tahu nya!!! mahal gila. Saya beli nasi goreng telur biasa harganya 20rb. Dan memang biasa sekali rasanya, no special. Untung saya bawa minum sendiri, jadi duit cuma wat bayar makanannya. Tau gini mah mending saya makan di restoran sekalian, ketauan deh mahal tapi enak.
Malam pertama di Bandung (lebih tepatnya di hotel H**** I****) bikin tidur gak nyenyak. Pertama, kamar mandi tidak bersih, sudah kaya kamar mandi umum. Kedua, kasur jebol dan spreinya putih dekil kulit langsung gatal-gatal dan hidung bersin-bersin (akhirnya saya tidur dengan tetap menggunakan jaket). Ketiga, remot tv gak ada, mana tombol channel di tv nya udah mblesek ke dalam (jadi kita kalau mau ganti channel cuma bisa satu arah). 


Tanggal 29 Desember 2013
Hari kedua yang paling saya tunggu-tunggu, tracking ke Taman Hutan Raya Djuanda yang nanti tembusnya ke Maribaya. Untuk menuju ke Tahura Djuanda, kita naik angkot jurusan Kelapa-Dago dari arah simpang lima, nah kita minta turunin abangnya di titik tracking ke Tahura (saya lupa nama daerah nya). Dari titik ini kita menuju ke gerbang Tahura melewati rumah penduduk (jaraknya sekitar 500 m). Bayar masuk ke Tahura Rp 10.500 (karena kita ber4, jadinya minta korting gopek). 
Sepanjang perjalanan sejauh kurang-lebih 6 km ini, kita melewati goa Jepang, goa Belanda, dan air terjun. Nostalgila banget pas tracking di sana, ingat masa-masa kuliah, dan ternyata saya masih sanggup tracking (karena selama 1 tahun ini kalau kemana-mana selalu naik motor). Tahura bagus juga untuk kuliah botani, karena sepanjang jalan, pohon-pohon nya di beri papan nama ilmiah dan nama daerah sehingga bisa buat belajar sekalian.
Istirahat dulu setelah tracking panjang

Pohon Eucalyptus yang warna kulitnya keren abis 

Di dalam Tahura ada tuakang ojeknya, jadi buat yang gak kuat jalan bisa menggunakan jasa tersebut. Di goa Jepang dan Belanda juga ada jasa penyewaan senter (@Rp 5000). Goa nya gak terlalu panjang, dan saya saranin sih buat yang gak mau keluar duit silakan bawa senter sendiri. Selain itu mereka juga menawarkan jasa memandu ke dalam goa Jepang (kalo goa Belanda gak usah pake pemandu, karena jalannya lurus doank yang ujungnya udah keliatan).
Untuk masalah makanan, jangan takut karena di sepanjang jalan setapak ada banyak warung penjual makanan dan minuman. Saya sempat makan indomie rebus (karena belum sarapan), sensasinya beda karena dimasak pakai kayu bakar. Jadi, seperti ada rasa-rasa asap. 
Sesampainya di air terjun yang saya tidak tahu namanya, kita stak di sana. Karena Maribaya tujuan kita sedang tutup, akhirnya kita mencari aliran sungai yang tempatnya bisa kita main air dulu. Setelah itu kita balik lagi ke gerbang Tahura, jadi total perjalanan tracking kita kurang lebih 12 km. 
Entah karena kekuatan cewe atau nafsu, pulangnya kita berencan belanja wat oleh-oleh. Saya sih mau nya ke daerah dago karena di sana banyak outlet-outlet yang fashion nya keren-keren abis. Tapi karena melihat kondisi teman-teman saya, akhirnya kita ke pasar baru saja. Kalau di Jakarta mungkin seperti pasar kebanyakan karena yang di jual sama dan harga juga sama. Oleh-oleh makanan Bandung nya pun di Jakarta juga ada, jadi saya tidak terlalu excited. Saya hanya membeli baju buat keponakan dan tas ransel yang bahannya dari karung goni (keren deh). Oh iya, kalau mau ke pasar baru dari Tahura naik angkot kelapa-dago lagi ajah.
Sampainya di hotel, kaki udah minta di lepas ajah, pegel banget. Dan di malam kedua kita bisa tidur nyenyak karena kecapaian.

Tanggal 30 Desember 2013
Hari ini kita berencana ke gedung sate, naik angkot tujuan ledeng-cicaheum kalau dari gatsu. Karena saat itu adalah hari senin, jadi kita tidak di izinkan masuk untuk berwisata. Akhirnya cuma bisa foto-foto deh.

Habis dari gedung sate saya jalan kaki menuju Kartika Sari (yang jual brownis), itulah saya baru beli oleh-oleh. Kalau ke Bandung gak bawa brownis rasanya gimana gitu.
Akhirnya pulang deh, di stasiun saya sempet-sempetin beli brownis gulung (yang kata produknya oleh-oleh model baru dari Bandung, percaya aja deh). Saya sampai Jakarta jam setengah 7 malem. Naik busway di hari senin dan jam pulangnya kerja adalah nyari mati. Dan saya memutuskan untuk mencari mati, aje gile nunggu busway ampe 1,5 jam. Itu juga saya paksa dorong masuk, kalau gak bisa-bisa baru dapet busway jam 10 malem.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

Materi dan PPT Metabolisme lipid

Hari saya mau posting materi kuliah endokrin yang saya presentasikan. semoga membantu.
bisa klik materi dan ppt


Kamis, 02 Januari 2014

CERPEN

DEAR SNOW

Entah sejak kapan rasa suka ini jadi semakin besar. Setiap kali ku memejamkan mata ini, bayangan wajahnya selalu terlihat. Aku menyesal mengapa baru kusadari perasaan ini sekarang. Potongan puzzle ingatan mulai ku susun kembali.
“Yuki, Yuki, Yukiiiiiiii!” aku memanggilnya dengan sekuat tenaga.
“Hah! Ada apa? Apakah harus berkali-kali menyebut namaku!?” berjalan malas ke arahku.
                Yuki Shota, laki-laki yang membuatku jatuh cinta. Kami satu kelas sejak tingkat 2 di SMA. Aku tidak pernah menganggapnya spesial. Yah, dalam bentuk nyatanya memang tidak ada sesuatu yang membuat dia menjadi spesial. Badannya tidak terlalu tinggi, wajahnya juga tidak terlalu tampan, akademis juga tidak bisa dikatakan cerdas, tidak terlalu banyak bicara, bisa dibilang orang yang biasa saja. Tempat duduk kami pun terpisah sangat jauh. Ditambah lagi aku yang antisosial, benar-benar tidak menimbulkan kesan. Tetapi hal itu sedikit berubah ketika di tingkat 3 SMA. Tempat duduk kami berdekatan sehingga mulai terbentuk interaksi antara kami berdua.
“Hahaha, aku hanya senang menyebut nama ‘Yuki’. Habisnya nama itu artinya kan salju, dan aku sangat suka salju!” dengan gembira aku menggodanya.
Dia menatapku dengan pandangan kosong, dan mulai berbalik meninggalkanku. Akupun hanya tersenyum melihatnya seperti itu. Sejak aku mengenalnya ternyata dia mempunyai karakter yang sangat unik sehingga aku senang menggodanya. Yang membuatku tambah senang adalah Yuki tetap memperlakukan ku seperti teman-teman yang lainnya. Mungkin kalau laki-laki lain sudah sebal dengan kelakuanku yang seenaknya.
Aku tidak tahu apakah saat itu aku menyukainya atau tidak. Mungkin bisa dikatakan naif, tetapi pikiranku saat itu memang tertutup mengenai cinta. Aku merasakan pahitnya cinta yang kekanak-kanakan. Hanya karena seseorang baik kepada kita, maka kita pun mengannggapnya menyukai kita. Pada akhirnya kesalahpaham itu membuat hati kita terluka. Akupun memutuskan bahwa akan mencintai seseorang yang mencintai diriku. Tetapi sepertinya hati yang beku itu perlahan-lahan hancur oleh kehangatan hati Yuki.
“Hei, Atsuki! Ace kakaknya Luffi mati bareng Shirohige!”, dengan tiba-tiba Yuki berbicara begitu saat aku sedang membaca komik One Piece.
“Iya, dan itu sudah sangat ketinggalan. Aku sedang membaca saat perang Luffy sudah ada di Pulau wanita. Aku ini otaku One Piece , jadi tidak mungkin aku ketinggalan beritanya”, setelah berbicara dengan tegasnya, dia pergi dengan wajah datarnya.
Aku benar-benar bingung dengan tingkahnya itu. Berulang kali dia berperilaku seperti itu saat aku membaca komik. Tetapi lama-lama aku menyadari bahwa itu caranya mengajakku mengobrol. Karena ketika aku sudah membaca komik di kelas, itu tandanya aku merasa terasing karena tidak ada yang mengajakku ngobrol. Yah, Yuki memang sangat baik dengan caranya sendiri. Bahkan dia sangat baik pada diriku yang antisosial ini.
Bongkahan es yang sedikit retak ini akhirnya pecah dan menjadi lelehan air karena suatu peristiwa yang selalu kuingat. Saat itu aku dan Yuki pergi bersama untuk mendaftar masuk Universitas negeri di daerah Chiba. Yuki bersedia pergi bersamaku karena aku tidak tahu bagaimana menuju ke sana.
“Atsuki, jangan jauh-jauh dariku.” dia berkata seperti itu saat kita masuk ke dalam kereta yang menuju Chiba.
Aku yang terbiasa melakukan semuanya sendiri benar-benar terkejut. Yuki memperlakukan diriku sebagai seorang wanita yang patut dilindungi. Yah, saat itupun aku tersadar bahwa aku mencintainya. Sepanjang hari pikiranku tak bisa tenang, aku merasa berkhianat terhadap kebijakanku sendiri. Tetapi perlakuan Yuki terhadapku benar-benar membuat cintai ini semakin meluap.
Aku membuka mata perlahan. Puzzle yang telah tersusun membuatku bertekat untuk menyatakan cinta. Tidak, tidak, aku tidak ingin memaksanya untuk mencintai diriku. Aku tahu bahwa aku tidak boleh terlalu percaya diri kalau Yuki juga mencintaiku. Aku hanya ingin Yuki tahu perasaanku. Aku pun berlari sepanjang lorong sekolah mencari Yuki.
“Yuki, Yuki, Yukiiii kau ada di mana?”, aku berteriak memanggilnya tidak peduli anak-anak lain melihatku. Ah, itu dia, sedang duduk sendirian di bawah pohon sambil memakan roti.
“Ada apa? Mau roti?” dengan wajah bodohnya dia menawariku roti.
“Aku hanya mau bilang sesuatu, yang kalau tidak diutarakan akan membuat kepalaku meledak. Tetapi sebelumnya kau harus janji, kau tidak akan menjauhiku, tetap bersikap biasa terhadapku, kalau kau marah bilang saja biar aku bisa minta maaf. OK!?”
“Hah~, baiklah.” menjawab sambil meremas bungkus roti dan membuangnya ke tong sampah.
“Yuki, aku suka padamu!” aku berkata sambil tersenyum seperti anak kecil.
“Aku tahu. Kau selalu bilang seperti itu. Karena aku salju kan. Memangnya, aku menjauhimu selama ini? Aku sih senang-senang saja kalau ada yang suka dengan namaku. Ayo, masuk kelas. Bel sudah berbunyi.” dia pun berdiri dan mulai berjalan ke arah kelas.
Bukan, bukan seperti ini harapanku. Dia salah paham, aku tidak bisa berdiam diri saja.
“Yuki, bukan nama yang ku maksud. Tapi dirimu, dirimu. Aku suka padamu. Aku tidak meminta dirimu untuk membalas perasaanku. Aku hanya ingin tahu, apakah kau marah dengan perasaan ku ini? Kau sudah janji kan!?”
Yuki pun berbalik saat mendengar pernyataanku, dia pun berjalan mendekatiku.
“Atsuki, kenapa aku harus marah!? Aku kan sudah bilang, aku sih senang-senang saja kalau ada yang suka padaku, mau itu nama, tubuh, rambut, atau diriku. Gak enak banget kan kalau ada yang benci sama kita.” setelah berkata seperti itu dia berjalan kembali menuju kelas.
Aku tidak mengerti maksud perkataannya, tetapi yang jelas dia tidak marah padaku. Itu sudah cukup, karena aku takut rasa cinta ini menjadi sesuatu yang aku sesali. Yah, aku tidak boleh terburu-buru. Aku pun berjalan menuju kelas. Wajahku menjadi memerah bahagia, karena dia menungguku di lorong sekolah.
“Jangan suka bengong di sekolah” katanya tetap dengan wajah datar.
Yuki.....kau memang seperti yuki di musim dingin.


ada sambungannya DEAR SNOW part II
*Yuki = dalam bahasa jepang adalah salju

Terispirasi dari lagu Arashi yang berjudul Dear Snow,

Yuki wa tada shizuka ni maru de anata no you ni
Kono kata ni mai orite sotto hohoemu
Te de furereba kitto kiete shimau kara

Kono mama de hitori me wo toji anata kanjiru