Halaman

Senin, 13 Januari 2014

ppt materi respon tumbuhan terhadap suhu

Yo Yo masbroh, hari ini yang banjir nya sedang merajalela. Saya suguhkan sedikit kemudahan bagi yang ingin presentasi kuliah fisiologi tumbuhan.
cekidot!

ppt
materi




Jumat, 03 Januari 2014

Traveling to Bandung

Hari ini saya mau ngeposting perjalanan saat ke Bandung. Semoga bermanfaat, dan memang mungkin sangat bermanfaat.

Saya dan teman-teman pergi tanggal 28 - 30 Desember 2013 dengan naik kereta. Zaman sekarang kalau naik kereta harus pesan tiket dulu lewat online jauh-jauh hari (kalau saya 1 bulan sebelum berangkat), dan saya saranin biar gak ribet lewat jasa alfamart saja. Kalau kata temen saya yang pesen sih harganya lebih murah dan cuma minta jasa Rp 3500 per tiket. Nah kalau udah kelar tinggal tunggu hari keberangkatan dan kita tuker bukti pembelian ke loket di stasiun. Jadi, jaga baik-baik tuh bukti pembayaran. 
Di Bandung kita nginep di hotel yang bernama H****** I****, kenapa saya blur? Karena tempatnya benar-benar gak enak banget. Kita pergi saat akhir tahun, yang pastinya ramai banget Bandung. Jadi kita dapat hotel yang sisa-sisa akhir. Makanya kalau mau pergi saat libur-libur besar, pesan hotel 2 bulan sebelumnya deh. 

Tanggal 28 Desember 2013
Sehari sebelumnya saya hampir lupa kalau perginya tanggal 28 Desember, baru ingat waktu sore nya hahaha. Makanya gak ada persiapan yang macem-macem, hanya bawa baju dan uang juga yang ada di dompet, gampang sih kalau duit tinggal gesek di ATM. Kalau lihat jadwal sebenarnya berangkat jam 10.15 pagi, jadi saya berangkat dari rumah jam 8 biar sampainya jam 9 lewat. Eh ternyata eh ternyata, namanya juga Indonesia, ketika tiket udah di cairkan, jadwal berubah menjadi jam 10.50 (ngapain saya di stasiun selama 1,5 jam nunggu!!!!What the fucks!). Yah, akhirnya kereta ke Bandung berangkat deh. Seperti saya utarakan di atas, saya hanya membawa baju, alamat kelaperan di dalam kereta deh. Mau beli di kantin kereta, harga mahal banget. Saya yang beli bakwa harga seribu aja nawar habis-habisan ampe dapet gopek, gak mungkin beli makanan di kereta. Perjalanan selama 3 jam benar-benar menyiksa karena perut terus-terusan merongrong. 
pemandangan dari atas kereta
Akhirnya tiba di Bandung, kita langsung menuju hotel yang terletak di jalan gatot subroto. Di sini saya kasih info lagi, supir angkot di Bandung banyak yang nyerempet tukang tipu, jadi kalau mau pergi ke mana-mana tanyalah penduduk sekitar, baru memutuskan naik angkotnya. Balik lagi ke menuju jalan gatot subroto atau disingkat gatsu (keren ya!), saya saranin naik angkot warna hijau jurusan ST.HALL (stasiun bandung)- Gedebage, dan tanya dulu apakah lewat gatsu atau tidak. Soalnya mereka suka nurunin di tengah jalan seenaknya (biasanya sih sampai ITC Pasar Baru). 
Kita sampai di hotel jam 4 sore, karena sudah kelelahan kita memutuskan makan malam saja sekalian. Kita makan di daerah jalan burangrang, tujuan saya cuma martabak San Fransisco yang katanya enak, dan ternyata emang enak banget (martabak ini cabangnya di Bandung banyak kok). Kita makan di suatu food court pinggir jalan, saya kira harganya standar, tahu-tahu nya!!! mahal gila. Saya beli nasi goreng telur biasa harganya 20rb. Dan memang biasa sekali rasanya, no special. Untung saya bawa minum sendiri, jadi duit cuma wat bayar makanannya. Tau gini mah mending saya makan di restoran sekalian, ketauan deh mahal tapi enak.
Malam pertama di Bandung (lebih tepatnya di hotel H**** I****) bikin tidur gak nyenyak. Pertama, kamar mandi tidak bersih, sudah kaya kamar mandi umum. Kedua, kasur jebol dan spreinya putih dekil kulit langsung gatal-gatal dan hidung bersin-bersin (akhirnya saya tidur dengan tetap menggunakan jaket). Ketiga, remot tv gak ada, mana tombol channel di tv nya udah mblesek ke dalam (jadi kita kalau mau ganti channel cuma bisa satu arah). 


Tanggal 29 Desember 2013
Hari kedua yang paling saya tunggu-tunggu, tracking ke Taman Hutan Raya Djuanda yang nanti tembusnya ke Maribaya. Untuk menuju ke Tahura Djuanda, kita naik angkot jurusan Kelapa-Dago dari arah simpang lima, nah kita minta turunin abangnya di titik tracking ke Tahura (saya lupa nama daerah nya). Dari titik ini kita menuju ke gerbang Tahura melewati rumah penduduk (jaraknya sekitar 500 m). Bayar masuk ke Tahura Rp 10.500 (karena kita ber4, jadinya minta korting gopek). 
Sepanjang perjalanan sejauh kurang-lebih 6 km ini, kita melewati goa Jepang, goa Belanda, dan air terjun. Nostalgila banget pas tracking di sana, ingat masa-masa kuliah, dan ternyata saya masih sanggup tracking (karena selama 1 tahun ini kalau kemana-mana selalu naik motor). Tahura bagus juga untuk kuliah botani, karena sepanjang jalan, pohon-pohon nya di beri papan nama ilmiah dan nama daerah sehingga bisa buat belajar sekalian.
Istirahat dulu setelah tracking panjang

Pohon Eucalyptus yang warna kulitnya keren abis 

Di dalam Tahura ada tuakang ojeknya, jadi buat yang gak kuat jalan bisa menggunakan jasa tersebut. Di goa Jepang dan Belanda juga ada jasa penyewaan senter (@Rp 5000). Goa nya gak terlalu panjang, dan saya saranin sih buat yang gak mau keluar duit silakan bawa senter sendiri. Selain itu mereka juga menawarkan jasa memandu ke dalam goa Jepang (kalo goa Belanda gak usah pake pemandu, karena jalannya lurus doank yang ujungnya udah keliatan).
Untuk masalah makanan, jangan takut karena di sepanjang jalan setapak ada banyak warung penjual makanan dan minuman. Saya sempat makan indomie rebus (karena belum sarapan), sensasinya beda karena dimasak pakai kayu bakar. Jadi, seperti ada rasa-rasa asap. 
Sesampainya di air terjun yang saya tidak tahu namanya, kita stak di sana. Karena Maribaya tujuan kita sedang tutup, akhirnya kita mencari aliran sungai yang tempatnya bisa kita main air dulu. Setelah itu kita balik lagi ke gerbang Tahura, jadi total perjalanan tracking kita kurang lebih 12 km. 
Entah karena kekuatan cewe atau nafsu, pulangnya kita berencan belanja wat oleh-oleh. Saya sih mau nya ke daerah dago karena di sana banyak outlet-outlet yang fashion nya keren-keren abis. Tapi karena melihat kondisi teman-teman saya, akhirnya kita ke pasar baru saja. Kalau di Jakarta mungkin seperti pasar kebanyakan karena yang di jual sama dan harga juga sama. Oleh-oleh makanan Bandung nya pun di Jakarta juga ada, jadi saya tidak terlalu excited. Saya hanya membeli baju buat keponakan dan tas ransel yang bahannya dari karung goni (keren deh). Oh iya, kalau mau ke pasar baru dari Tahura naik angkot kelapa-dago lagi ajah.
Sampainya di hotel, kaki udah minta di lepas ajah, pegel banget. Dan di malam kedua kita bisa tidur nyenyak karena kecapaian.

Tanggal 30 Desember 2013
Hari ini kita berencana ke gedung sate, naik angkot tujuan ledeng-cicaheum kalau dari gatsu. Karena saat itu adalah hari senin, jadi kita tidak di izinkan masuk untuk berwisata. Akhirnya cuma bisa foto-foto deh.

Habis dari gedung sate saya jalan kaki menuju Kartika Sari (yang jual brownis), itulah saya baru beli oleh-oleh. Kalau ke Bandung gak bawa brownis rasanya gimana gitu.
Akhirnya pulang deh, di stasiun saya sempet-sempetin beli brownis gulung (yang kata produknya oleh-oleh model baru dari Bandung, percaya aja deh). Saya sampai Jakarta jam setengah 7 malem. Naik busway di hari senin dan jam pulangnya kerja adalah nyari mati. Dan saya memutuskan untuk mencari mati, aje gile nunggu busway ampe 1,5 jam. Itu juga saya paksa dorong masuk, kalau gak bisa-bisa baru dapet busway jam 10 malem.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

Materi dan PPT Metabolisme lipid

Hari saya mau posting materi kuliah endokrin yang saya presentasikan. semoga membantu.
bisa klik materi dan ppt


Kamis, 02 Januari 2014

CERPEN

DEAR SNOW

Entah sejak kapan rasa suka ini jadi semakin besar. Setiap kali ku memejamkan mata ini, bayangan wajahnya selalu terlihat. Aku menyesal mengapa baru kusadari perasaan ini sekarang. Potongan puzzle ingatan mulai ku susun kembali.
“Yuki, Yuki, Yukiiiiiiii!” aku memanggilnya dengan sekuat tenaga.
“Hah! Ada apa? Apakah harus berkali-kali menyebut namaku!?” berjalan malas ke arahku.
                Yuki Shota, laki-laki yang membuatku jatuh cinta. Kami satu kelas sejak tingkat 2 di SMA. Aku tidak pernah menganggapnya spesial. Yah, dalam bentuk nyatanya memang tidak ada sesuatu yang membuat dia menjadi spesial. Badannya tidak terlalu tinggi, wajahnya juga tidak terlalu tampan, akademis juga tidak bisa dikatakan cerdas, tidak terlalu banyak bicara, bisa dibilang orang yang biasa saja. Tempat duduk kami pun terpisah sangat jauh. Ditambah lagi aku yang antisosial, benar-benar tidak menimbulkan kesan. Tetapi hal itu sedikit berubah ketika di tingkat 3 SMA. Tempat duduk kami berdekatan sehingga mulai terbentuk interaksi antara kami berdua.
“Hahaha, aku hanya senang menyebut nama ‘Yuki’. Habisnya nama itu artinya kan salju, dan aku sangat suka salju!” dengan gembira aku menggodanya.
Dia menatapku dengan pandangan kosong, dan mulai berbalik meninggalkanku. Akupun hanya tersenyum melihatnya seperti itu. Sejak aku mengenalnya ternyata dia mempunyai karakter yang sangat unik sehingga aku senang menggodanya. Yang membuatku tambah senang adalah Yuki tetap memperlakukan ku seperti teman-teman yang lainnya. Mungkin kalau laki-laki lain sudah sebal dengan kelakuanku yang seenaknya.
Aku tidak tahu apakah saat itu aku menyukainya atau tidak. Mungkin bisa dikatakan naif, tetapi pikiranku saat itu memang tertutup mengenai cinta. Aku merasakan pahitnya cinta yang kekanak-kanakan. Hanya karena seseorang baik kepada kita, maka kita pun mengannggapnya menyukai kita. Pada akhirnya kesalahpaham itu membuat hati kita terluka. Akupun memutuskan bahwa akan mencintai seseorang yang mencintai diriku. Tetapi sepertinya hati yang beku itu perlahan-lahan hancur oleh kehangatan hati Yuki.
“Hei, Atsuki! Ace kakaknya Luffi mati bareng Shirohige!”, dengan tiba-tiba Yuki berbicara begitu saat aku sedang membaca komik One Piece.
“Iya, dan itu sudah sangat ketinggalan. Aku sedang membaca saat perang Luffy sudah ada di Pulau wanita. Aku ini otaku One Piece , jadi tidak mungkin aku ketinggalan beritanya”, setelah berbicara dengan tegasnya, dia pergi dengan wajah datarnya.
Aku benar-benar bingung dengan tingkahnya itu. Berulang kali dia berperilaku seperti itu saat aku membaca komik. Tetapi lama-lama aku menyadari bahwa itu caranya mengajakku mengobrol. Karena ketika aku sudah membaca komik di kelas, itu tandanya aku merasa terasing karena tidak ada yang mengajakku ngobrol. Yah, Yuki memang sangat baik dengan caranya sendiri. Bahkan dia sangat baik pada diriku yang antisosial ini.
Bongkahan es yang sedikit retak ini akhirnya pecah dan menjadi lelehan air karena suatu peristiwa yang selalu kuingat. Saat itu aku dan Yuki pergi bersama untuk mendaftar masuk Universitas negeri di daerah Chiba. Yuki bersedia pergi bersamaku karena aku tidak tahu bagaimana menuju ke sana.
“Atsuki, jangan jauh-jauh dariku.” dia berkata seperti itu saat kita masuk ke dalam kereta yang menuju Chiba.
Aku yang terbiasa melakukan semuanya sendiri benar-benar terkejut. Yuki memperlakukan diriku sebagai seorang wanita yang patut dilindungi. Yah, saat itupun aku tersadar bahwa aku mencintainya. Sepanjang hari pikiranku tak bisa tenang, aku merasa berkhianat terhadap kebijakanku sendiri. Tetapi perlakuan Yuki terhadapku benar-benar membuat cintai ini semakin meluap.
Aku membuka mata perlahan. Puzzle yang telah tersusun membuatku bertekat untuk menyatakan cinta. Tidak, tidak, aku tidak ingin memaksanya untuk mencintai diriku. Aku tahu bahwa aku tidak boleh terlalu percaya diri kalau Yuki juga mencintaiku. Aku hanya ingin Yuki tahu perasaanku. Aku pun berlari sepanjang lorong sekolah mencari Yuki.
“Yuki, Yuki, Yukiiii kau ada di mana?”, aku berteriak memanggilnya tidak peduli anak-anak lain melihatku. Ah, itu dia, sedang duduk sendirian di bawah pohon sambil memakan roti.
“Ada apa? Mau roti?” dengan wajah bodohnya dia menawariku roti.
“Aku hanya mau bilang sesuatu, yang kalau tidak diutarakan akan membuat kepalaku meledak. Tetapi sebelumnya kau harus janji, kau tidak akan menjauhiku, tetap bersikap biasa terhadapku, kalau kau marah bilang saja biar aku bisa minta maaf. OK!?”
“Hah~, baiklah.” menjawab sambil meremas bungkus roti dan membuangnya ke tong sampah.
“Yuki, aku suka padamu!” aku berkata sambil tersenyum seperti anak kecil.
“Aku tahu. Kau selalu bilang seperti itu. Karena aku salju kan. Memangnya, aku menjauhimu selama ini? Aku sih senang-senang saja kalau ada yang suka dengan namaku. Ayo, masuk kelas. Bel sudah berbunyi.” dia pun berdiri dan mulai berjalan ke arah kelas.
Bukan, bukan seperti ini harapanku. Dia salah paham, aku tidak bisa berdiam diri saja.
“Yuki, bukan nama yang ku maksud. Tapi dirimu, dirimu. Aku suka padamu. Aku tidak meminta dirimu untuk membalas perasaanku. Aku hanya ingin tahu, apakah kau marah dengan perasaan ku ini? Kau sudah janji kan!?”
Yuki pun berbalik saat mendengar pernyataanku, dia pun berjalan mendekatiku.
“Atsuki, kenapa aku harus marah!? Aku kan sudah bilang, aku sih senang-senang saja kalau ada yang suka padaku, mau itu nama, tubuh, rambut, atau diriku. Gak enak banget kan kalau ada yang benci sama kita.” setelah berkata seperti itu dia berjalan kembali menuju kelas.
Aku tidak mengerti maksud perkataannya, tetapi yang jelas dia tidak marah padaku. Itu sudah cukup, karena aku takut rasa cinta ini menjadi sesuatu yang aku sesali. Yah, aku tidak boleh terburu-buru. Aku pun berjalan menuju kelas. Wajahku menjadi memerah bahagia, karena dia menungguku di lorong sekolah.
“Jangan suka bengong di sekolah” katanya tetap dengan wajah datar.
Yuki.....kau memang seperti yuki di musim dingin.


ada sambungannya DEAR SNOW part II
*Yuki = dalam bahasa jepang adalah salju

Terispirasi dari lagu Arashi yang berjudul Dear Snow,

Yuki wa tada shizuka ni maru de anata no you ni
Kono kata ni mai orite sotto hohoemu
Te de furereba kitto kiete shimau kara

Kono mama de hitori me wo toji anata kanjiru