Pemeran utama : Ninomiya kazunari dan tokoh fiksi
Pemeran pembantu : member Arashi
Part : 2
KEEP IT REAL
“Nino, apa yang kau bawa? Mana teh olong nya?” Kanata bertanya saat Ninomiya mulai terlihat berjalan menarik seseorang menuju tempat istirahat.
“Ketika aku bertanya pada pemilik toko di mana teh olong malah dikasih bocah ini! Ha ha ha” dengan santainya Ninomiya tertawa.
Kanata hanya bisa bengong menerima jawaban seperti itu. “Terus anak ini mau di apakan? Sepertinya bocah ini dari anak-anak jalanan, apakah dia berbuat kriminal? Kenapa kau membawanya kesini? Pokoknya aku tidak mau tahu ya, itu tanggung jawabmu.” Kanata pergi meninggalkan Ninomiya dan anak tersebut.
Tiba-tiba anak tersebut bicara dengan dinginnya,
“Kenapa kau tidak menceritakan yang sebenarnya? Jadi sebenarnya tadi kau ingin membeli teh olong! Kasihan sekali harus melihat kejadian seperti itu. Harusnya kau menyalahkanku. Kau ini bodoh ya!?”
“Kau ini berisik banget sih. Kau mau ku salahkan? OK! Ini salahmu aku jadi lupa mau beli teh olong. Sudah! Sekarang bisa diam kan. Aku mau menelepon manajerku dulu.”
Anak tersebut hanya bisa terpaku mendengar kata-kata Ninomiya. Dia melihat pergelangan tangannya masih dipegang oleh Ninomiya. Dia masih tidak mengerti apa sebenarnya yang ingin dilakukan oleh Ninomiya. Sementara itu Ninomiya sedang menelepon manajernya,
“ Manajer-san, kau sedang dimana? Cepat ketempat istirahat, aku mau minta tolong. Sebentar lagi syuting dimulai.” Ninomiya menutup smartphonenya. Dia menatap anak tersebut dan kemudian melepaskan pegangan tangannya.
Ninomiya mulai duduk di bangku kayu dan menghela napasnya, menatap sebentar anak yang terus berdiri terpaku melihatnya dengan tajam. Ninomiya hanya tersenyum,
“Jangan menatapku seperti itu donk! Sekarang aku masih belum bisa berpikir kenapa aku membawamu kesini. Pokoknya jangan pergi dulu sebelum aku selesai syuting”
“Ah! Manajer-san” Ninomiya berteriak ketika melihat manajernya sudah terlihat.
“Sudah kubilang berkali-kali panggil namaku dengan jelas. Su-zu-ki! Mudah diingat dan dilafalkan” manajer mengomel ke Ninomiya.
“Ga usah mempermasalahkan hal kecil deh. Manajer-san aku mau nitip bocah ini, jangan biarkan dia kabur ya. Kalau mau di interogasi juga ga apa-apa, malah bagus.” Ninomiya langsung pergi menuju lokasi syuting.
“Hei bocah, siapa namamu? Kenapa malam-malam berada di tempat seperti ini? Memangnya kau ada urusan dengan Nino?” menatap lekat-lekat anak tersebut yang masih terpaku berdiri sejak tadi.
“Bukan urusanmu ‘MANAJER-SAN’!” berkata sambil mulai berjongkok dan memeluk lututnya.
Suzuki yang mendengar intonasi menyebalkan dari panggilan ‘manajer-san’ langsung marah pada anak tersebut, dengan keras duduk di bangku santai dan melipat tangannya di depan dada,
“Terserah kamu sajalah hei ‘chohatsu shonen’!”
Selama 10 menit mereka berdua hanya terdiam, sampai saat ini anak tersebut belum meyebutkan namanya bahkan tidak berbicara sama sekali. Dia hanya berjongkok memeluk kakinya sambil terus menunduk. Melihat kelakuan anak tersebut yang keras kepala, akhirnya Suzuki menyerah dan mulai mengajaknya bicara lagi tapi dengan suara yang lebih menenangkan.
“Tenang saja, Ninomiya akan selesai syuting dengan cepat. Dia tidak akan membiarkan dirinya melakukan take berulang kali. Karena waktu adalah game dalam prinsipnya. “
Tidak ada tanggapan dari anak tersebut, Suzuki meneruskan bicaranya,
“Aku tidak pernah mengalami kejadian seperti ini, tiba-tiba Nino membawa seorang anak yang tidak jelas asal usulnya sepertimu dan begitu keras kepala. Setidaknya perkenalkan dirimu sendiri. Walaupun Nino orangnya terlihat angin-anginan, dia orang yang memperhatikan perasaan seseorang. Bicaranya memang menyebalkan dan sangat tajam tapi dia baik. Nino orangnya sangat hemat bahkan bisa dikatakan pelit. Ga pernah dengerin kata-kata ku sebagai manajernya...Ah maaf! Aku terbawa emosi!
Anak tersebut mulai mengangkat kepalanya dan akhirnya mau berbicara,
“Jadi nama laki-laki tadi Nino? Memangnya dia itu siapa sih!? Kok bisa seenaknya mengaturku!”
“HAH! Kau tidak tahu Ninomiya Kazunari! Ha Ha Ha! Nino, Nino ternyata ada juga orang Tokyo yang tidak tahu dirimu, kau harus bekerja lebih keras lagi.”
“Aku jelaskan ya, Nino itu anggota grup idol Arashi dari JE. Grup idol nasional lho. Sudah mengeluarkan berbagai banyak single, album, dorama, movie, DVD konser setiap tahun. Ransum perekonomian bagi manajer artis sepertiku, ha ha ha.”
Anak tersebut tidak memperdulikan kata-kata Suzuki yang sudah seperti aktor antagonis yang rakus akan harta duniawi tersebut.
“Hei, manajer-san! Apa kau ingin tahu alasan Ninomi mengajakku ke sini?” sambil menyeringai dingin.
Suzuki berkerut heran karena panggilan ‘Ninomi’ tersebut, anak ini benar-benar seperti Ninomiya, kalau bicara suka seenaknya dalam benaknya. Anak tersebut melanjutkan bicaranya sebelum Suzuki sempat menanggapi pertanyaan anak tersebut.
“Tadi aku mau bunuh diri, terus Ninomi menarik bajuku sebelum aku sempat melompat ke sungai. Seharusnya aku dibiarkan saja biar dia tidak pusing mengurusku. Aku tidak perlu simpati, apakah ini untuk mendongkrak popularitas dia karena sudah menyelamatkan seorang anak yang ingin bunuh diri!? Benar-benar membuatku muak. Tidak di rumah, tidak di luar, semua orang memang brengsek.”
Tiba-tiba Ninomiya bicara menyela anak tersebut,
“Yah maaf deh, aku memang brengsek. Tetapi untuk mendongkrak popularitas kurasa itu mustahil, karena aku sudah sangat terkenal bahkan keluar negeri. Jadi buat apa aku menggunakan anak kurang ajar seperti mu untuk meningkatkan popularitasku, HA HA HA!
Kaget karena tiba-tiba Ninomiya muncul anak tersebut langsung berdiri. Ninomiya maju mendekati anak tersebut dan memegang kepala dan mengacak-acak rambutnya. Mendapat perlakuan seperti itu anak tersebut langsung menunjukkan tampak tak suka.
“Awalnya aku juga tidak tahu alasan kenapa aku membawamu ke sini. Yang aku tahu saat melihat matamu pertama kali, kau merasa kesepian. Jadi secara spontan langsung kuajak kau, aku tidak mau membiarkanmu sendirian. Aku paham perasaanmu karena aku sendiri adalah orang yang mudah kesepian. Pasti saat itu kau benar-benar butuh seseorang, dari kata-kata ‘bukan urusanmu’ yang sering kau ucapkan membuktikan bahwa kau ingin diperhatikan. Kata-kataku benar kan?” sambil tersenyum nakal pada anak tersebut.
Mendengar kata-kata Ninomiya anak itu tidak bisa menahan air matanya yang selama ini tidak pernah dia keluarkan di depan orang lain. Tangisannya yang keras dengan suara yang benar-benar memilukan membuat para artis dan kru film yang mulai berdatangan ikut memperhatikan. Ninomiya menyuruh Suzuki untuk membawa anak tersebut ke dalam mobil, sementara itu dia sendiri berpamitan pada sutradara dan kru-kru film.
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar