“Buat apa kau mau menampungku di rumahmu? Kalau sampai fans mu tahu ada seorang anak kecil tinggal bersamamu nanti akan timbul masalah. Kau akan kerepotan dan nanti menyalahkan aku. Kemudian kau akan mengusirku dan menyesal telah membawaku ke sini.”
Nino yang sedang menuangkan teh ke gelas dia dan Kurosaki hanya menghela napas mendengar kata-kata kurosaki.
“Kuro-chan senang sekali ya kalau merasa bersalah? Aku membawamu ke sini pasti sudah memikirkannya. Memangnya aku bodoh seperti seseorang yang punya image warna hijau itu. Lagi pula kau masih bocah, pasti umurmu sekitar 14 tahun kan! Kalau ditanya kan aku tinggal bilang kau ini sepupuku. Yang akan menjadi berita besar adalah jika aku ketahuan tinggal dengan seorang wanita.” Nino memberikan segelas teh tadi ke Kurosaki.
“Sebenarnya aku mau minta penjelasan juga darimu kenapa tidak mau pulang ke rumah. Tapi malam sudah larut, dan aku ngantuk banget. Jadi lebih baik kita tidur dulu. Anggap saja rumah sendiri, kau bisa tidur di sofa, sangat nyaman loh.” sesudah menghabiskan tehnya, Nino pergi kamar untuk tidur. Kurosaki masih menikmati teh yang diminumnya. Mungkin itu teh terhangat yang pernah dia minum selama ini walaupun teh itu baru dikeluarkan dari mesin pendingin.
...
Esok harinya Nino mengajak Kurosaki jalan keluar untuk sarapan pagi. Nino malas kalau harus memasan untuk 2 orang, jadi dia pergi ke tempat restoran langganannya. Entah kenapa Kurosaki yang berumur 14 tahun dengan tinggi 155 cm sangat pas menggunakan kaos milik Nino. Kaos itu bergambar kepala harimau yang merupakan oleh-oleh dari Aiba teman Nino sesama member Arashi.
“Selamat datang!”, pemilik restoran berteriak ketika pintu restoran terbuka. “Ah! Nino-chan, selamat datang. Lagi males masak ya!” tertawa meledek. Pemilik restoran melihat ke belakang Nino, “Siapa anak itu? Dia milikmu?” sambil menyilakkan Nino dan Kurosaki duduk.
“Iya dia milikku, jadi jangan ganggu ya. Baba-chan, aku mau kare seperti biasa dan minumnya teh olong. Dari kemarin pengen teh olong ga kesampaian. Kuro-chan kau mau pesan apa?”.
“Oh namanya Kuro-chan! Perkenalkan aku chef Nakamura Ishi, tapi panggil saja aku Baba!”
“Kenapa di panggil Baba? Jauh sekali Nakamura Ishi? Dan jangan mentang-mentang kau bisa memasak terus disebut chef ya. Aku sama dengan Ninomi saja. Aku ga tau harus memesan apa.”
“Hahahaha, anak yang energik ya. Aku suka sekali dongeng Ali Baba, makanya aku biasa dipanggil oleh teman-temanku Baba. Ternyata kau ini sangat suka Nino ya, sampai-sampai punya punya nama panggilan kawai seperti itu.” Baba langsung menyiapkan pesanan mereka berdua.
Nino melihat Kurosaki sambil tersenyum jail dan mengelus-elus kepala anak tersebut, “Ternyata kau suka padaku ya, hehehe!”
“Diam kau!” sambil melepaskan tangan Nino dari kepalanya, langsung menunduk dengan wajah yang memerah karena malu.
Makananpun telah terhidang mereka berdua makan dengan lahapnya. Sikap Nino yang begitu peduli terhadapnya, perlahan-lahan membuat hati Kurosaki sedikit mencair untuk bisa mempercayai seseorang. Baru pertama kali dia merasa keberadaan dirinya diakui walaupun hanya 1 orang.
Hari ini Nino ada syuting VS Arashi di Fuji TV, dia benar-benar memegang kata-katanya sendiri yang tidak akan membiarkan Kurosaki merasa kesepian. Dia mengajak Kurosaki ke Fuji TV, berangkat menggunakan kereta membuat banyak waktu untuk mereka berdua. Mungkin juga salah satu tujuan Nino yang ingin banyak mengobrol dengan Kurosaki. Masih cukup sulit untuk Kurosaki berbicara mengenai masalah dirinya. Dia hanya menjawab pertanyaan Nino yang bersifat umum. Nino tidak bisa memaksanya karena mereka memang baru kenal selama 1 hari, tidak mungkin Kurosaki bisa langsung bercerita mengenai hal pribadinya. Nino sendiri pun memiliki kebiasaan seperti itu makanya dia sedikit banyak bisa mengerti Kurosaki.
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar