“Ninomi...Ninomi...aku mendapat jus setelah membantu mengangkat alat-alat!” menunjuk-nunjuk jus kaleng dengan wajah heran tetapi senang. Nino mengacak-acak rambut Kurosaki dengan wajah tersenyum,
“Itu namanya hadiah terima kasih karena sudah membantu. Memangnya kau tidak pernah mendapatkan sesuatu seperti itu?”, menundukkan kepalanya ke arah Kurosaki.
“Setiap yang ku perbuat tidak pernah benar, selalu salah!” setelah berkata seperti itu Kurosaki langsung pergi ke tempat para staff untuk membantu mereka lagi.
Nino tidak bisa memaksa Kurosaki untuk menceritakan semuanya. Tapi Nino cukup senang karena Kurosaki menjadi lebih baik keadaannya dari pertama kali mereka bertemu. Matanya benar-benar kesepian dan putus asa. Sekarang wajahnya menjadi sedikit lebih ceria. Di dalam pikirannya Nino akan sering mengajak Kurosaki untuk ikut syuting sehingga bisa lebih banyak berinteraksi dengan orang lain. Dan akan memasukkan dia ke tim baseball nya Aiba, sehingga Aiba tidak akan terus memaksanya untuk bermain di luar rumah.
Syuting VS Arashi selesai pukul 5 sore. Nino di jemput menggunakan mobil oleh manajernya karena jam 7 malam ada syuting untuk movie Platina Data. Dalam perjalanan, entah kenapa Kurosaki menjadi banyak bicara,
“Ternyata tempat syuting itu luar biasa ya, seorang artis tidak ada gunanya kalau tidak ada staff-staff yang membantu. Tetapi mereka semua luar biasa. Para penonton televisi hanya tahu bahwa artis itu harus menyenangkan, padahal pasti sangat melelahkan. Aku melihat Riida yang setiap ada kesempatan pasti tidur. Hehehehe!” bercerita dengan wajah kekanak-kanakan.
“Riida kita itu memang beda, keahliannya kan bisa tidur dimana saja. Hari ini kau senang ya bisa membantu?”, Nino berkata sambil melirik ke arah Kurosaki. Ketika ingin menjawab pertanyaan Nino, Suzuki tiba-tiba menyela.
“Si bocah gondrong sudah bisa banyak bicara ya.!”
“Ma-na-jer-san! Tolong jangan menyela orang bicara ya.” Suzuki mendengus sambil terus mengemudi.
“Maaf!” tiba-tiba Kurosaki berkata seperti itu membuat Nino dan Suzuki terkejut.
“Maaf atas kelakuanku yang tidak berkenan untuk Manajer-san dan sudah menyusahkan Ninomi karena sudah mau menampungku.” Kurosaki melanjutkan bicaranya.
“Aku akan menerima maafmu jika kau mau menceritakan semua hal tentangmu dan alasanmu tidak mau pulang ke rumah!” Nino mengancam.
Kurosaki membutuhkan waktu yang untuk mulai bercerita, perasaan sakit yang selama ini di terima dari dia kecil begitu sulit untuk diceritakan kembali karena akan membuatnya mengingat hal yang menyedihkan. Nino yang melihat Kurosaki begitu susah untuk bercerita, langsung mengeluarkan Ipod nya dan menyalakan lagu Hatenai Sora. Nino menyuruh Kurosaki untuk mendengarkan lagu tersebut. Nino berkata,
“Setiap aku berbicara ke orang lain pasti kata-kata yang tidak mengenakkan. Makanya aku kasih lagu ini untuk mewakili kata-kataku. Semoga saja kau mengerti Kuro chan.”
Kurosaki mendengarkan lagu tersebut sambil menutup matanya, mendengar alunan suara Arashi yang luar biasa dan bait-bait yang penuh makna membuatnya perlahan-lahan meneteskan air mata. Musik pun berhenti mengalun, Kurosaki membuka matanya dan mengusap air matanya.
“Aku tahu apa maksud Ninomi memberikan lagu ini. Aku harus terus maju kan, tidak usah terjebak oleh masa lalu yang menyedihkan.” diam beberapa saat untuk melanjutkan ceritanya.
“Umurku sebenarnya 13 tahun, bukan 14 apalagi 15 tahun. Dan aku perempuan.” mendengar pernyataan Kurosaki bahwa dia adalah sebenarnya perempuan membuat Nino dan Suzuki benar-benar terkejut.
“Eeeeeeeeee~, jadi kau perempuan. Kenapa kau tidak pernah mengelak saat kami mengira dirimu laki-laki? Dan, kau juga dengan santainya mau tidur di tempat laki-laki tak dikenal sepertiku!” Nino berkata sambil terkekeh-kekeh
“Aku tidak peduli masalah genderku. Setidaknya kalian juga berpikirlah dari rambutku yang panjang ini.”
Suzuki hanya berkomentar, “Kau memang bocah yang luar biasa! Lalu kenapa kau kabur dari rumah?”
“Aku tidak pernah diperlakukan layaknya seorang anak menurutku. Pikiran mereka hanya kesempurnaan. Semua yang kulakukan selalu dianggap salah oleh mereka. Apa kalian tahu, aku tidak pernah menonton televisi atau mendengarkan musik di rumah. Mereka menganggap bahwa hal itu adalah sampah. Di sekolah juga hanya menuntut kesempurnaan oleh orang yang disebut guru di sana. Aku merasa tidak ada gunanya aku tinggal di dunia seperti ini. Keberadaanku tidak pernah di akui, jadi aku lebih memilih mati.”
Melihat Kurosaki bercerita tentang kisah hidupnya dengan tampang yang begitu datar membuat Nino merasa ingin meledak, dan pertama kalinya marah pada Kurosaki,
“Ayumu Kurosaki! Bisa-bisanya kau menceritakan hal menyakitkan seperti itu dengan wajah tertahan. Aku tahu pasti sangat menyakitkan, makanya tidak perlu menahan emosimu dengan berwajah datar seperti itu. Umurmu baru 13 tahun dan kau perempuan, bersikaplah layaknya anak-anak. Kau dapat menangis atau memukul sesuatu, bahkan kalau perlu jambak saja rambut Suzuki!” mendengar namanya disebut, Suzuki tertegun dan hanya bergumam ngomel.
Setelah mendengar omelan Nino yang pertama kalinya, membuat Kurosaki senang karena dia dimarahi dengan perasaan sayang, “Ninomi, bolehkah aku bersikap seperti anak kecil?”.
“Tentu saja, aku rasa 13 tahun masih pantas bersikap seperti itu. Aku rasa kau pasti dipaksa untuk melakukan semuanya secara sempurna sehingga kau terlihat lebih dewasa dari umurmu yang sebenarnya. Dan kau tidak pernah bersikap manja layaknya anak kecil.”
Setelah mendengar jawaban Nino yang seperti itu, dengan tiba-tiba Kurosaki memeluk pinggang Nino, “Dari dulu aku ingin melakukan hal ini pada orang lain. Mereka tidak pernah mengizinkanku melakukannya. Setiap aku sedih hanya bisa memeluk bantal, boneka pun mereka tidak mau membelikannya untukku karena katanya itu permainan yang tidak ada gunanya.”
Awalnya Nino rada kikuk mendapat pelukan yang tiba-tiba seperti itu. Tapi entah kenapa dari peratama kali bertemu timbul rasa sayang dalam dirinya. Rasa sayang karena mempunyai perasaan yang sama yaitu merasa kesepian.
“Kau sangat beruntung Kuro chan, karena bisa memeluk idola nasional sepertiku. Hehehe!”
“Aku tidak akan pulang ke rumah apalagi bertemu dengan mereka, sampai aku mampu berdiri sendiri. Aku tidak mau menjadi alat mereka.” ujar Kurosaki masih sambil memeluk Nino.
“Mereka, mereka! Mereka itu maksudnya orang tuamu ya? Dari tidak mau menyebutkan kata-kata orang tua saja, sepertinya mereka benar-benar kau benci ya. Tapi aku sedikit mengerti karena sudah 2 hari ini belum ada berita kehilangan dirimu!?” tanya Nino.
“Karena mereka sudah punya penggantinya yang lebih sempurna. Ninomi izinkan aku bekerja untukmu, otakku cukup pintar jadi aku tidak akan menyusahkanmu. Aku juga tidak perlu sekolah, hanya perlu membaca buku saja. Kalau masalah tempat tinggal aku bisa tidur dipinggir jalan saja.”
Nino terkejut mendengar kata-kata Kurosaki, “Seenaknya saja kau bicara seperti itu. Umurmu masih 13 tahun dan kau juga seorang perempuan. Kau kira hidup sendiri itu mudah. Aku yang sudah dewasa saja masih kerepotan, bikin makan sendiri, nyuci baju sendiri, bersihin kamar mandi sendiri. Aku sudah terlibat sejauh ini dengan urusanmu. Jadi aku yang akan mengurusmu sampai kau siap untuk berdiri sendiri. Dan kalau sampai nanti orang tuamu menuntutku karena tidak memulangkanmu. Itu akan jadi tanggung jawabmu.”
“Jadi aku masih boleh tinggal di rumahmu? Terima kasih Ninomi, kau memang orang yang berhati mulia.” dengan wajah malu-malunya.
Kehidupan Kurosaki baru dimulai untuk membangun kembali mentalnya yang selama ini begitu rapuh. Masalah belum selesai begitu saja, karena orang tua Kurosaki mempunyai kuasa yang tinggi akan menimbulkan masalah baru. Awan hitam mulai datang ke kehidupan Ninomiya Kazunari sebagai seorang idol nasional.
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar