Halaman

Sabtu, 27 Juli 2013

Fisiologi Jantung dan Darah pada Katak

·         Struktur Sel Darah

Sel darah + BTB
Sel darah + Turk
Bentuk Bulat, terdapat Inti, berwarna ungu

Bulat, terdapat Inti, warna inti lebih terang dan ukuran sel lebih besar daripada sel darah merah, bentuk tidak beraturan

·         Konsentrasi Sel Darah Merah

Sel darah + NaCl 0,4%
Sel darah + NaCl 0,7%
Sel darah + NaCl 0,9%
Sel darah + NaCl 1%
Bentuk semakin kecil
Normal
Semakin Besar
Semakin besar dari setelahnya

·         Frekuensi Denyut Jantung VS Berat Badan
o    Berat Badan Katak = 32,67 gram
o    Frekuensi Denyut  = 59 kali / menit

·         Denyut Jantung VS Suhu
o    Sebelum di tambahkan larutan              : Normal
o    Jantung + air Es (150C): Jantung Cepat
o    Jantung + Air Ledeng : Lebih lambat
o    Jantung + air panas (450C): Lebih cepat dari sebelumnya tetapi  tidak lebih cepat dari  Es

·         Denyut Jantung VS Garam Anorganik
Denyut + KCL 0,7%
Denyut + NaCl 0,9%
Denyut +CaCl2 1 %
Lambat dari setelah diberi air panas
 cepat
Lebih cepat

Pada pengamatan sel darah merah digunakan larutan bromo timol biru karena BTB bereaksi positif dengan sel darah merah, begitu pula pada pengamatan sel darah putih digunakan larutan turk sebab Turk bereaksi positif dengan sel darah putih. Pada saat pengamatan kami tidak mendapatkan data atau hasil pengamatan mengenai struktur sel darah pada manusia yang telah diberi larutan BTB dan larutan Turk. Hal ini disebabkan karena keterbatasan alat, waktu dan adanya kesalahan teknis. Data pengamatan struktur sel darah manusia dapat menjadi bahan perbandingan untuk membandingkan struktur sel darah dengan hewan lainnya, khususnya katak. Menurut referensi struktur sel darah pada manusia adalah sebagai berikut :

Objek

Larutan BTB

Larutan Turk

Manusia

Pipih bikonkaf dan tidak terlihat inti

Sel darah putih memiliki inti dan berbentuk seperti bulan sabit, anggur, dll.

Eritrosit pada manusia merupakan cakram bikonkaf yang tidak memiliki inti, dipenuhi oleh protein hemoglobin pembawa O2. Pada awal pembentukannya, eritrosit manusia memiliki inti, tetapi  inti tersebut akan perlahan-lahan menghilang karena tekanan saat eritrosit menjadi dewasa untuk memberikan ruangan kepada hemoglobin. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap (tidak beraturan), memiliki inti 1-3 buah  yang bentuknya bulat/cekung.

Eritrosit pada katak berbentuk elips dan mempunyai jarak yang berdekatan antara eritrosit yang satu dan eritrosit yang lain atau tidak membentuk suatu formasi. Eritrositnya mempunyai inti besar yang letaknya ditengah. Eritrosit katak mempunyai inti sel dikarenakan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh katak dapat diikat tidak hanya melalui pengikatan oleh sel darah merah namun oksigen dapat berdifusi melalui kulit katak tersebut. Dengan alasan itu, katak tidak memerlukan adaptasi yang rumit lagi untuk mendapatkan oksigen yang optimal. Inti pada eritrosit dewasa mengandung DNA dan dapat mensintesa RNA, dan hal ini membuat eritrosit bisa membelah atau memperbaiki diri mereka sendiri.

Eritrosit katak berukuran tiga kali lebih besar daripada eritrosit manusia. Ukuran leukosit katak dan eritrositnya sama besar. Leukosit katak ukurannya lebih kecil dari leukosit manusia dan mempunyai inti. Leukosit katak ukurannya lebih kecil dari leukosit manusia karena manusia membutuhkan perlindungan atau imunitas lebih besar daripada katak. Tipe leukositnya adalah leukosit bergranul.

Konsentrasi Sel darah Merah:
Sel darah merah katak berbentuk elips / lonjong dengan inti ditengah. Darah katak mengandung protein plasma, Fe, Hemoglobin dan Ferritrin (Elizhabet, 1973). Seperti halnya sel pada umumnya, sel darah merah katak memiliki cairan Intrasel diantaranya adalah Ion kalium, Magnesium dan Fosfat, daripada cairan ekstrasel yang lebih banyak mengandung Natrium dan Klorida (Guyton dan Hall, 2007)
Pada percobaan pertama saat sel darah merah diberi tetesan NaCl 0,4 % bentuk sel darah yang tadinya normal menjadi lebih kecil. Hal ini menandakan bahwa sel mengalami hipertonis, artinya tekanan didalam lebih kecil daripada diluar, sehingga sel mengkerut. Tekanan diluar ini disebabkan karena kandungan cairan Natrium dan Klorida pada cairan ektrasel adalah lebih besar daripada konsentrasi Natrium di dalam sel (konsentrasi NaCl 0,4% belum seimbang dengan Cairan ekstrasel).  Sebaliknya pada perlakuan kedua dengan  konsentrasi NaCl 0,7% bentuk sel kembali normal, hal ini menandakan bahwa telah terjadi keseimbangan antara cairan ekstrasel dan intrasel (isotonis). Selanjutnya ketika konsentrasi NaCl menjadi lebih besar yakni 0,9% sel darah merah ternyata menggembung dan berukuran lebih besar, hal ini disebabkan penambahan NaCl menambah konsentrasi cairan Intrasel pada sel darah, sehingga konsentrasi cairan Intrasel lebih besar daripada diluar sel, sehingga tekanan didalam sel lebih besar dan menarik cairan diluar sel sehingga sel menjadi lebih besar. Kejadian ini disebut hipotonik. Demikian pada konsentrasi 1%, sel mengalami hipotonik dan ukurannya semakin besar dari setelahnya.

Pengaruh Berat Badan Terhadap Denyur Jantung:
Data yang kami dapatkan mengenai berat badan dan hubungannya dengan kecepatan denyut jantung, yaitu berat badan katak sebesar 32,67 gr sedangkan denyut jantungnya adalah sebanyak 59/menit.
                Jika beracuan dengan data tersebut sebenarnya kami tidak dapat mengambil sebuah kesimpulan apakah berat badan suatu makhluk hidup ada kaitan atau hubungannya dengan frekuensi denyut jantungnya tiap menit karena kami tidak dapat mengetahui hubungan di antara keduanya apabila data yang dimiliki hanya satu. Sehingga hal ini dapat dikatakan sebagai sebuah kesalahan prosedur kerja. Seharusnya, setidaknya diambil 5-10 data mengenai berat badan katak dan frekuensi denyut jantungnya. Dari situlah, kemudian dapat diambil sebuah kesimpulan apakah berat badan sangat berkaitan dengan frekuensi denyut jantung. Berdasarkan referensi yang kami dapatkan, hewan yang berukuran lebih besar dan lebih banyak beraktivitas memerlukan laju metabolisme sel yang lebih tinggi (Wiwi Isnaeni, 2006). Berat badan yang berlebihan memberikan tegangan atau beban ekstra pada jantung dan pembuluh darah. Tegangan atau beban pada jantung inilah yang akan menyebabkan frekuensi denyut jantung semakin menurun. Berat badan yang besar akan membuat beban pada otot jantung saat berkontraksi memompa darah menuju atau dari jantung (Ganong, 2008).
                Para ahli fisiologi telah menentukan bahwa jumlah energi yang diambil hewan untuk mempertahankan setiap gram bobot tubuhnya berbanding terbalik dengan ukuran tubuhnya. Setiap gram mencit, misalnya, mengkonsumsi energi sekitar sepuluh kali lebih besar daripada satu gram gajah (meskipun keseluruhan individu gajah itu mengkonsumsi lebih banyak kalori daripada keseluruhan individu mencit itu). Semakin tinggi laju metabolisme, jaringan tubuh hewan yang lebih kecil memerlukan laju pengiriman oksigen (O2) ke jaringan yang lebih tinggi secara proporsional. Berkorelasi juga dengan laju metabolismenya yang tinggi itu, mamalia yang lebih kecil juga memiliki laju respirasi, volume darah (relatif terhadap ukuran tubuhnya), dan laju denyut jantung yang lebih tinggi (Campbell et al, 2004).
                 Ritme denyut jantung juga dapat diubah oleh berbagai faktor selain saraf, antara lain rangsang kimiawi seperti hormon dan perubahan kadar O2 dan CO2, ataupun rangsang panas. Hormon adrenalin akan meningkatkan kontraksi jantung, sedangkan asetilkolin akan menurunkannya. Peningkatan kadar CO2 juga dapat meningkatkan kontraksi jantung. Berbagai rangsang psikis juga dapat mempengaruhi kecepatan denyut jantung (Wiwi Isnaeni, 2006).
                Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa berat badan dengan frekuensi denyut jantung berbanding terbalik. Semakin besar berat badan suatu makhluk hidup maka semakin kecil frekuensi denyut jantungnya.

Pengaruh suhu terhadap fungsi jantung :
                Data yang kami peroleh, yakni saat jantung katak yang dalam kondisi normal ditetesi air es maka kecepatan denyut jantungnya semakin cepat. Kemudian saat ditetesi air ledeng/aquades maka kecepatan denyut jantung katak melambat dan sesaat setelah ditetesi air panas maka kecepatan denyut jantungnya lebih cepat namun tidak secepat saat ditetesi air es. Urutan kecepatan denyut jantung berdasarkan hasil pengamatan adalah saat ditetesi air es>air panas>air ledeng.
                Suhu tubuh adalah faktor yang menentukan pacu jantung. Peningkatan suhu sebesar 1o C saja akan meningkatkan denyut jantung sekitar 10 denyut per menit. (Campbell, 2004).
                Apabila melihat referensi, seharusnya semakin tinggi suhu maka kecepatan denyut jantung akan semakin meningkat. Namun tidak halnya dengan penelitian yang kami lakukan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah suhu air yang kami gunakan baik air es, ledeng dan air panas tidak berada dalam suhu yang stabil. Air es contohnya saja, tidak berada pada suhu 0o C atau lebih rendah dari itu justru sebaliknya air es yang digunakan hanya pada kisaran suhu 15o C. Dengan kondisi demikian tentunya sangat berpengaruh pada hasil yang diperoleh. Penurunan suhu sangat menurunkan frekuensi denyut jantung, sehingga turun sampai serendah beberapa denyut per menit (Guyton dan Hall, 2007).
                Semakin cepatnya denyut jantung katak sesaat setelah ditetesi air es dikarenakan suhu air yang digunakan mungkin lebih tinggi dari suhu tubuh katak itu sendiri serta lingkungannya, itu sebabnya mengapa penelitian ini tidak sesuai dengan beberapa referensi yang ada. Begitu pula seharusnya saat ditetesi air ledeng yang kurang lebih memiliki suhu yang sama dengan suhu tubuh katak dan lingkungannya dimana seharusnya denyut jantung katak kembali pada kecepatan normal. Namun hasil yang kami dapatkan adalah denyut jantung melambat. Hal ini mungkin dikarenakan kurang telitinya praktikan saat mengamati kecepatan denyut jantung dimana sebenarnya kecepatan denyut jantung katak saat ditetesi air ledeng mungkin kembali dalam keadaan normal.        Panas dapat meningkatkan permeabilitas membran otot jantung terhadap ion yang mengatur frekuensi denyut jantung sehingga menghasilkan peningkatan proses perangsangan sendiri (Guyton dan Hall, 2007).
                Kekuatan kontraksi jantung sering dipercepat secara temporer melalui suatu peningkatan suhu yang sedang, seperti yang terjadi saat tubuh berolahraga, tetapi peningkatan suhu yang lama akan melemahkan sistem metabolik jantung yang akhirnya menyebabkan kelemahan. Karena itu, fungsi optimal jantung sangat bergantung pada pengaturan suhu tubuh oleh mekanisme pengaturan suhu (Guyton dan Hall, 2007). Saat kami melakukan penelitian ini, terdapat selang waktu yang tidak sama saat meneteskan air es kemudian air ledeng dan kemudian air panas. Karena selang waktu yang tidak sama inilah yang kemudian mempengaruhi hasil yang didapatkan. Maka dari itu, hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan referensi bahwa peningkatan suhu dapat meningkatkan denyut jantung.
                Kesimpulan yang dapat diambil adalah peningkatan suhu akan semakin meningkatkan frekuensi denyut jantung. Meski pada penelitian ini terdapat kesalahan-kesalahan akibat pengaruh bahan yang kami gunakan serta kurang telitinya praktikan dalam mengamati kecepatan denytu jantung saat diberikan impuls yang berbeda. Seharusnya apabila melihat referensi urutan kecepatan denyut jantung yang benar adalah saat ditetesi air panas>air ledeng>air es.

Pengaruh Garam Anorganik Terhadap Denyut Jantung Katak :
Pada percobaan kali ini jantung katak diberikan tiga perlakuan yang berbeda. Pada perlakuan pertama jantung katak ditetesi oleh larutan KCl 0,7 % dan jantung katak melemah (bergerak menjadi lambat) dari keadaan normal. Kadar K+ plasma menyebabkan kelainan jantung berat dengan meningkatnya kadar K+ plasma, perubahan pertama pada EKG ialah tampaknya gelombang T dengan puncak tinggi, suatu manifestasi perubahan repolarisasi. Pada kadar K+ lebih tinggi, terjadi paralisis atrium dan pemanjangan kompleks QRS. Hal repolarisasi cepat abnormal setelah lepas muatan listrik serat otot yang infark sebagai hasil akselerasi pembukaan saluran K+ hanya terjadi beberapa saat . Potensial membran istirahat serat otot menurun dengan adanya peningkatan konsentrasi K+ ekstrasel. Serat menjadi tidak peka rangsang, dan akhirnya jantung berhenti dalam diastolik . Oleh karena itu, kontraksi jantung katak menjadi melemah ketika ditetesi KCl 0,7 %. Eksitasi otot jantung berkaitan dengan pergerakan kalsium ekstrasel melalui membran sel ke dalam sel miosit melalui aktivasi saluran kalsium L-type dan pertukaran Na/Ca. Jantung katak berkontraksi dengan cepat ketika ditetesi dengan larutan NaCl 0,7 % . penambahan kalsium menstimulasi tambahan pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma melalui reseptor ryanodin, yang menghasilkan aktivasi myofilamen dan kontraksi oleh karena itu kontraksi jantung katak menjadi lebih cepat ketika ditetesi larutan CaCl 1 % karena peningkatan kadar Ca2+ ekstrasel mempertinggi kontraktilitas miokardium. Kontraksi jantung sama – sama cepat ketika ditetesi larutan Na dan Ca  akan tetapi kecepatannya berbeda karena persentase dan konsentrasi kedua larutan yang berbeda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar