·
Struktur Sel Darah
Sel darah + BTB
|
Sel
darah + Turk
|
Bentuk
Bulat, terdapat Inti, berwarna ungu
|
Bulat,
terdapat Inti, warna inti lebih terang dan ukuran sel lebih besar daripada
sel darah merah, bentuk tidak beraturan
|
·
Konsentrasi Sel Darah Merah
Sel darah + NaCl 0,4%
|
Sel darah + NaCl 0,7%
|
Sel darah + NaCl 0,9%
|
Sel
darah + NaCl 1%
|
Bentuk
semakin kecil
|
Normal
|
Semakin Besar
|
Semakin
besar dari setelahnya
|
·
Frekuensi Denyut Jantung VS
Berat Badan
o Berat
Badan Katak = 32,67 gram
o Frekuensi
Denyut = 59 kali / menit
·
Denyut Jantung VS Suhu
o Sebelum
di tambahkan larutan : Normal
o Jantung
+ air Es (150C): Jantung Cepat
o Jantung
+ Air Ledeng : Lebih lambat
o Jantung
+ air panas (450C): Lebih cepat dari sebelumnya tetapi tidak lebih cepat dari Es
·
Denyut Jantung VS Garam
Anorganik
Denyut + KCL 0,7%
|
Denyut + NaCl 0,9%
|
Denyut
+CaCl2 1 %
|
Lambat
dari setelah diberi air panas
|
cepat
|
Lebih
cepat
|
Pada pengamatan sel darah merah digunakan larutan
bromo timol biru karena BTB bereaksi positif dengan sel darah merah, begitu
pula pada pengamatan sel darah putih digunakan larutan turk sebab Turk bereaksi
positif dengan sel darah putih. Pada saat pengamatan kami
tidak mendapatkan data atau hasil pengamatan mengenai struktur sel darah pada
manusia yang telah diberi larutan BTB dan larutan Turk. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan alat, waktu dan adanya kesalahan teknis. Data
pengamatan struktur sel darah manusia dapat menjadi bahan perbandingan untuk
membandingkan struktur sel darah dengan hewan lainnya, khususnya katak. Menurut
referensi struktur sel darah pada manusia adalah sebagai berikut :
Objek
|
Larutan BTB
|
Larutan Turk
|
Manusia
|
Pipih bikonkaf dan tidak terlihat inti
|
Sel darah putih memiliki inti dan berbentuk seperti
bulan sabit, anggur, dll.
|
Eritrosit pada manusia merupakan cakram bikonkaf yang tidak memiliki inti, dipenuhi oleh protein hemoglobin pembawa O2. Pada awal pembentukannya, eritrosit manusia memiliki inti, tetapi inti tersebut akan perlahan-lahan menghilang karena tekanan saat eritrosit menjadi dewasa untuk memberikan ruangan kepada hemoglobin. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap (tidak beraturan), memiliki inti 1-3 buah yang bentuknya bulat/cekung.
Eritrosit pada katak berbentuk elips dan mempunyai jarak yang berdekatan antara eritrosit yang satu dan eritrosit yang lain atau tidak membentuk suatu formasi. Eritrositnya mempunyai inti besar yang letaknya ditengah. Eritrosit katak mempunyai inti sel dikarenakan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan oleh katak dapat diikat tidak hanya melalui pengikatan oleh sel darah merah namun oksigen dapat berdifusi melalui kulit katak tersebut. Dengan alasan itu, katak tidak memerlukan adaptasi yang rumit lagi untuk mendapatkan oksigen yang optimal. Inti pada eritrosit dewasa mengandung DNA dan dapat mensintesa RNA, dan hal ini membuat eritrosit bisa membelah atau memperbaiki diri mereka sendiri.
Eritrosit katak berukuran
tiga kali lebih besar daripada eritrosit manusia. Ukuran leukosit katak dan
eritrositnya sama besar. Leukosit katak ukurannya lebih kecil dari leukosit
manusia dan mempunyai inti. Leukosit katak ukurannya lebih kecil dari leukosit
manusia karena manusia membutuhkan perlindungan atau imunitas lebih besar
daripada katak. Tipe leukositnya adalah leukosit bergranul.
Konsentrasi
Sel darah Merah:
Sel darah merah katak berbentuk elips /
lonjong dengan inti ditengah. Darah katak mengandung protein plasma, Fe,
Hemoglobin dan Ferritrin (Elizhabet, 1973). Seperti halnya sel pada umumnya,
sel darah merah katak memiliki cairan Intrasel diantaranya adalah Ion kalium,
Magnesium dan Fosfat, daripada cairan ekstrasel yang lebih banyak mengandung
Natrium dan Klorida (Guyton dan Hall, 2007)
Pada percobaan pertama saat
sel darah merah diberi tetesan NaCl 0,4 % bentuk sel darah yang tadinya normal
menjadi lebih kecil. Hal ini menandakan bahwa sel mengalami hipertonis, artinya
tekanan didalam lebih kecil daripada diluar, sehingga sel mengkerut. Tekanan
diluar ini disebabkan karena kandungan cairan Natrium dan Klorida pada cairan
ektrasel adalah lebih besar daripada konsentrasi Natrium di dalam sel
(konsentrasi NaCl 0,4% belum seimbang dengan Cairan ekstrasel). Sebaliknya pada perlakuan kedua dengan konsentrasi NaCl 0,7% bentuk sel kembali
normal, hal ini menandakan bahwa telah terjadi keseimbangan antara cairan
ekstrasel dan intrasel (isotonis). Selanjutnya ketika konsentrasi NaCl menjadi
lebih besar yakni 0,9% sel darah merah ternyata menggembung dan berukuran lebih
besar, hal ini disebabkan penambahan NaCl menambah konsentrasi cairan Intrasel
pada sel darah, sehingga konsentrasi cairan Intrasel lebih besar daripada
diluar sel, sehingga tekanan didalam sel lebih besar dan menarik cairan diluar
sel sehingga sel menjadi lebih besar. Kejadian ini disebut hipotonik. Demikian
pada konsentrasi 1%, sel mengalami hipotonik dan ukurannya semakin besar dari
setelahnya.
Pengaruh
Berat Badan Terhadap Denyur Jantung:
Data
yang kami dapatkan mengenai berat badan dan hubungannya dengan kecepatan denyut
jantung, yaitu berat badan katak sebesar 32,67 gr sedangkan denyut jantungnya
adalah sebanyak 59/menit.
Jika
beracuan dengan data tersebut sebenarnya kami tidak dapat mengambil sebuah
kesimpulan apakah berat badan suatu makhluk hidup ada kaitan atau hubungannya
dengan frekuensi denyut jantungnya tiap menit karena kami tidak dapat mengetahui
hubungan di antara keduanya apabila data yang dimiliki hanya satu. Sehingga hal
ini dapat dikatakan sebagai sebuah kesalahan prosedur kerja. Seharusnya,
setidaknya diambil 5-10 data mengenai berat badan katak dan frekuensi denyut
jantungnya. Dari situlah, kemudian dapat diambil sebuah kesimpulan apakah berat
badan sangat berkaitan dengan frekuensi denyut jantung. Berdasarkan referensi
yang kami dapatkan, hewan yang berukuran lebih besar dan lebih banyak
beraktivitas memerlukan laju metabolisme sel yang lebih tinggi (Wiwi Isnaeni,
2006). Berat badan yang berlebihan memberikan tegangan atau beban ekstra pada
jantung dan pembuluh darah. Tegangan atau beban pada jantung inilah yang akan
menyebabkan frekuensi denyut jantung semakin menurun. Berat badan yang besar
akan membuat beban pada otot jantung saat berkontraksi memompa darah menuju
atau dari jantung (Ganong, 2008).
Para
ahli fisiologi telah menentukan bahwa jumlah energi yang diambil hewan untuk
mempertahankan setiap gram bobot tubuhnya berbanding terbalik dengan ukuran
tubuhnya. Setiap gram mencit, misalnya, mengkonsumsi energi sekitar sepuluh
kali lebih besar daripada satu gram gajah (meskipun keseluruhan individu gajah
itu mengkonsumsi lebih banyak kalori daripada keseluruhan individu mencit itu).
Semakin tinggi laju metabolisme, jaringan tubuh hewan yang lebih kecil
memerlukan laju pengiriman oksigen (O2) ke jaringan yang lebih
tinggi secara proporsional. Berkorelasi juga dengan laju metabolismenya yang
tinggi itu, mamalia yang lebih kecil juga memiliki laju respirasi, volume darah
(relatif terhadap ukuran tubuhnya), dan laju denyut jantung yang lebih tinggi
(Campbell et al, 2004).
Ritme denyut jantung juga dapat diubah oleh
berbagai faktor selain saraf, antara lain rangsang kimiawi seperti hormon dan
perubahan kadar O2 dan CO2, ataupun rangsang panas.
Hormon adrenalin akan meningkatkan kontraksi jantung, sedangkan asetilkolin
akan menurunkannya. Peningkatan kadar CO2 juga dapat meningkatkan
kontraksi jantung. Berbagai rangsang psikis juga dapat mempengaruhi kecepatan
denyut jantung (Wiwi Isnaeni, 2006).
Sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa berat badan dengan frekuensi denyut jantung
berbanding terbalik. Semakin besar berat badan suatu makhluk hidup maka semakin
kecil frekuensi denyut jantungnya.
Pengaruh
suhu terhadap fungsi jantung :
Data
yang kami peroleh, yakni saat jantung katak yang dalam kondisi normal ditetesi
air es maka kecepatan denyut jantungnya semakin cepat. Kemudian saat ditetesi
air ledeng/aquades maka kecepatan denyut jantung katak melambat dan sesaat
setelah ditetesi air panas maka kecepatan denyut jantungnya lebih cepat namun
tidak secepat saat ditetesi air es. Urutan kecepatan denyut jantung berdasarkan
hasil pengamatan adalah saat ditetesi air es>air panas>air ledeng.
Suhu
tubuh adalah faktor yang menentukan pacu jantung. Peningkatan suhu sebesar 1o
C saja akan meningkatkan denyut jantung sekitar 10 denyut per menit. (Campbell,
2004).
Apabila
melihat referensi, seharusnya semakin tinggi suhu maka kecepatan denyut jantung
akan semakin meningkat. Namun tidak halnya dengan penelitian yang kami lakukan.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah suhu air yang kami
gunakan baik air es, ledeng dan air panas tidak berada dalam suhu yang stabil.
Air es contohnya saja, tidak berada pada suhu 0o C atau lebih rendah
dari itu justru sebaliknya air es yang digunakan hanya pada kisaran suhu 15o
C. Dengan kondisi demikian tentunya sangat berpengaruh pada hasil yang
diperoleh. Penurunan suhu sangat menurunkan frekuensi denyut jantung, sehingga
turun sampai serendah beberapa denyut per menit (Guyton dan Hall, 2007).
Semakin
cepatnya denyut jantung katak sesaat setelah ditetesi air es dikarenakan suhu
air yang digunakan mungkin lebih tinggi dari suhu tubuh katak itu sendiri serta
lingkungannya, itu sebabnya mengapa penelitian ini tidak sesuai dengan beberapa
referensi yang ada. Begitu pula seharusnya saat ditetesi air ledeng yang kurang
lebih memiliki suhu yang sama dengan suhu tubuh katak dan lingkungannya dimana
seharusnya denyut jantung katak kembali pada kecepatan normal. Namun hasil yang
kami dapatkan adalah denyut jantung melambat. Hal ini mungkin dikarenakan
kurang telitinya praktikan saat mengamati kecepatan denyut jantung dimana
sebenarnya kecepatan denyut jantung katak saat ditetesi air ledeng mungkin
kembali dalam keadaan normal. Panas
dapat meningkatkan permeabilitas membran otot jantung terhadap ion yang
mengatur frekuensi denyut jantung sehingga menghasilkan peningkatan proses
perangsangan sendiri (Guyton dan Hall, 2007).
Kekuatan
kontraksi jantung sering dipercepat secara temporer melalui suatu peningkatan
suhu yang sedang, seperti yang terjadi saat tubuh berolahraga, tetapi
peningkatan suhu yang lama akan melemahkan sistem metabolik jantung yang
akhirnya menyebabkan kelemahan. Karena itu, fungsi optimal jantung sangat
bergantung pada pengaturan suhu tubuh oleh mekanisme pengaturan suhu (Guyton
dan Hall, 2007). Saat kami melakukan penelitian ini, terdapat selang waktu yang
tidak sama saat meneteskan air es kemudian air ledeng dan kemudian air panas.
Karena selang waktu yang tidak sama inilah yang kemudian mempengaruhi hasil
yang didapatkan. Maka dari itu, hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
referensi bahwa peningkatan suhu dapat meningkatkan denyut jantung.
Kesimpulan
yang dapat diambil adalah peningkatan suhu akan semakin meningkatkan frekuensi
denyut jantung. Meski pada penelitian ini terdapat kesalahan-kesalahan akibat
pengaruh bahan yang kami gunakan serta kurang telitinya praktikan dalam
mengamati kecepatan denytu jantung saat diberikan impuls yang berbeda.
Seharusnya apabila melihat referensi urutan kecepatan denyut jantung yang benar
adalah saat ditetesi air panas>air ledeng>air es.
Pengaruh Garam
Anorganik Terhadap Denyut Jantung Katak :
Pada percobaan kali ini jantung katak
diberikan tiga perlakuan yang berbeda. Pada perlakuan pertama jantung katak
ditetesi oleh larutan KCl 0,7 % dan jantung katak melemah (bergerak menjadi
lambat) dari keadaan normal. Kadar K+ plasma menyebabkan kelainan
jantung berat dengan meningkatnya kadar K+ plasma, perubahan pertama
pada EKG ialah tampaknya gelombang T dengan puncak tinggi, suatu manifestasi
perubahan repolarisasi. Pada kadar K+ lebih tinggi, terjadi
paralisis atrium dan pemanjangan kompleks QRS. Hal repolarisasi cepat abnormal
setelah lepas muatan listrik serat otot yang infark sebagai hasil akselerasi
pembukaan saluran K+ hanya terjadi beberapa saat . Potensial membran
istirahat serat otot menurun dengan adanya peningkatan konsentrasi K+
ekstrasel. Serat menjadi tidak peka rangsang, dan akhirnya jantung berhenti
dalam diastolik . Oleh karena itu, kontraksi jantung katak menjadi melemah
ketika ditetesi KCl 0,7 %. Eksitasi otot jantung berkaitan dengan pergerakan
kalsium ekstrasel melalui membran sel ke dalam sel miosit melalui aktivasi
saluran kalsium L-type dan pertukaran Na/Ca. Jantung katak berkontraksi dengan
cepat ketika ditetesi dengan larutan NaCl 0,7 % . penambahan kalsium
menstimulasi tambahan pelepasan kalsium dari retikulum sarkoplasma melalui
reseptor ryanodin, yang menghasilkan aktivasi myofilamen dan kontraksi oleh
karena itu kontraksi jantung katak menjadi lebih cepat ketika ditetesi larutan
CaCl 1 % karena peningkatan kadar Ca2+ ekstrasel mempertinggi
kontraktilitas miokardium. Kontraksi jantung sama – sama cepat ketika ditetesi
larutan Na dan Ca akan tetapi kecepatannya berbeda karena persentase
dan konsentrasi kedua larutan yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar