“Selamat datang!”, pemilik restoran berteriak ketika pintu restoran terbuka. “Ah! Nino-chan, selamat datang. Lagi males masak ya!” tertawa meledek. Pemilik restoran melihat ke belakang Nino, “Siapa anak itu? Dia milikmu?” sambil menyilakkan Nino dan Kurosaki duduk.
“Iya dia milikku, jadi jangan ganggu ya. Baba-chan, aku mau kare seperti biasa dan minumnya teh olong. Dari kemarin pengen teh olong ga kesampaian. Kuro-chan kau mau pesan apa?”.
“Oh namanya Kuro-chan! Perkenalkan aku chef Nakamura Ishi, tapi panggil saja aku Baba!”
“Kenapa di panggil Baba? Jauh sekali Nakamura Ishi? Dan jangan mentang-mentang kau bisa memasak terus disebut chef ya. Aku sama dengan Ninomi saja. Aku ga tau harus memesan apa.”
“Hahahaha, anak yang energik ya. Aku suka sekali dongeng Ali Baba, makanya aku biasa dipanggil oleh teman-temanku Baba. Ternyata kau ini sangat suka Nino ya, sampai-sampai punya punya nama panggilan kawai seperti itu.” Baba langsung menyiapkan pesanan mereka berdua.
Nino melihat Kurosaki sambil tersenyum jail dan mengelus-elus kepala anak tersebut, “Ternyata kau suka padaku ya, hehehe!”
“Diam kau!” sambil melepaskan tangan Nino dari kepalanya, langsung menunduk dengan wajah yang memerah karena malu.
Makananpun telah terhidang mereka berdua makan dengan lahapnya. Sikap Nino yang begitu peduli terhadapnya, perlahan-lahan membuat hati Kurosaki sedikit mencair untuk bisa mempercayai seseorang. Baru pertama kali dia merasa keberadaan dirinya diakui walaupun hanya 1 orang.
Hari ini Nino ada syuting VS Arashi di Fuji TV, dia benar-benar memegang kata-katanya sendiri yang tidak akan membiarkan Kurosaki merasa kesepian. Dia mengajak Kurosaki ke Fuji TV, berangkat menggunakan kereta membuat banyak waktu untuk mereka berdua. Mungkin juga salah satu tujuan Nino yang ingin banyak mengobrol dengan Kurosaki. Masih cukup sulit untuk Kurosaki berbicara mengenai masalah dirinya. Dia hanya menjawab pertanyaan Nino yang bersifat umum. Nino tidak bisa memaksanya karena mereka memang baru kenal selama 1 hari, tidak mungkin Kurosaki bisa langsung bercerita mengenai hal pribadinya. Nino sendiri pun memiliki kebiasaan seperti itu makanya dia sedikit banyak bisa mengerti Kurosaki.
...
Di green room sudah ada Aiba yang sedang menonton acara baseball di televisi. Melihat Ninomiya menggandeng seorang remaja berambut panjang dengan spontannya Aiba berkata,
“Nino, aku tidak mengira kalau kau punya hobi seperti itu!?”
“Hobi apa?” Ninomiya balik bertanya sambil meletakkan tasnya di atas sofa.
“Kau pedofil kan!?” tangan Aiba menunjuk Ninomiya tetapi pandangan ke Kurosaki.
Mendengar pernyataan Aiba yang menyebalkan seperti itu secara refleks Ninomiya mengeplak kepala Aiba, “Kau bodoh ya!?”
“Namanya Kuro-chan, dia temanku. Yah, pokoknya kau juga harus berteman baik dengannya. Kalau aku nanti ke rumahmu, mungkin Kuro-chan juga akan kubawa.” Ninomiya duduk dan langsung memainkan PSPnya.
Aiba yang mendengarkan penjelasan Nino yang seadanya itu hanya diam dan jalan menuju Kurosaki. Aiba langsung memperkenalkan dirinya ke Kurosaki dan dengan pede nya minta dipanggil ‘Maa-kun’ sambil terkekeh-kekeh. Ninomiya yang mendengar hal itu langsung menyela sambil tetap memainkan game, “Jangan mau, panggil saja dia dengan Aiba atau ‘baka’ saja sekalian!”.
Aiba yang mempunyai sifat ‘positif thinking’, ‘ceria’, ‘supel’, ‘enerjik’, dan sedikit bodoh dengan santainya mengajak ngobrol Kurosaki, walaupun dia hanya menjawab sekenanya saja. Kurosaki sedikit takjub melihat orang seperti Aiba ini. Kemudian dengan tiba-tiba lagi Aiba bertanya pada Ninomiya, “ Nino, temanmu ini tidak mengerti bahasa jepang ya? Dari tadi dia hanya menjawab ‘iya, iya’ saja?”. Mendengar pertanyaan itu Kurosaki untuk pertama kalinya dia tertawa tapi kemudian langsung berhenti karena Nino melihatnya.
“Tuh kan Aiba, melihat kebodohanmu dia yang selalu murung saja langsung tertawa.” Ninomiya berhenti memainkan PSPnya dan mendekati Kurosaki. Sambil mengelus kepalanya dia berkata, “Sudah bisa tertawa!? Aku harap perasaanmu yang selalu suram itu bisa perlahan menghilang.”
Aiba yang tidak mengerti permasalahannya hanya berpikir bingung. “Nino aku tidak tahu mengenai masalah Kuro-chan denganmu, tapi maksud untuk membodoh-bodohiku tidak berubah kan!?. Kuro-chan kau juga jangan mengikuti semua kata-kata Nino, dia itu iblis!”.
“Aku tertawa karena melihatmu bertanya pada Ninomi pertanyaan yang aneh dengan wajah serius.”
“Nah, itu kau bisa bicara banyak!” sambil menunjuk Kurosaki. “Rambutmu juga, apa tidak terlalu panjang untuk anak sekolahan?’ sambil memegang rambut Kurosaki.
“Bukan urusanmu!” menyingkirkan tangan Aiba dari rambutnya.
Kurosaki dan Aiba saling beragumentasi, Nino asik dengan gamenya, Sho dan Ohno masuk ke green room, mereka kaget karena ada wajah baru di tempat itu.
“Aiba chan, siapa anak itu?” Sho bertanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Kurosaki. Ohno duduk di sofa kemudian tidur-tiduran sambil memperhatikan Aiba, Sho dan Kurosaki.
“Namanya Kuro chan, temannya Nino, katanya sih. Kuro chan ini Sakurai Sho dan yang di sofa itu riida kita Ohno Satoshi. Ada satu lagi namanya Matsumoto Jun, dia belum datang. Kau pasti kenal Arashi donk!?” Aiba menjelaskan dengan sikap sok tahunya.
“Aku tidak tahu apa itu Arashi, aku tidak pernah menonton televisi. Tapi aku pernah lihat gambar kalian di jalan-jalan. Dan.....aku tidak peduli.” sambil melengos. Mendengar kata-kata tersebut Sho hanya bisa tertawa terbahak-bahak. Selagi Sho dan Aiba menggoda Kurosaki, Matsujun masuk ke green room.
Ketika Kurosaki melihat Matsujun, dia terdiam lama menatap wajah Matsujun. Merasa diperhatikan dengan tatapan yang aneh, Matsujun menegur Kurosaki, “Apa maksudmu melihatku seperti itu?”.
Sambil menunjuk ke arah Matsujun, “Ahhhhhhhh, aku sering melihatmu dijalan. Gambarmu dengan gaya memalukan di mobil truk promosi!”
Mendengar kata-kata Kurosaki, Matsujun langsung mendekatinya dengan cepat dan melakukan bantingan ala jet kune do ke Kurosaki. Aiba dan Sho yang berada di dekat mereka langsung menghentikan Matsujun. Ohno yang tidur-tiduran jadi terbangun, Nino hanya melirik sebentar ke arah mereka kemudian melanjutkan main game.
“Matsujun, dia hanya anak berumur 14 tahun. Kau langsung mempraktekan yang diajarkan oleh Junichi san.” Sho berkata seperti itu sambil tertawa.
“Mungkin truk yang dimaksud waktu kita ada manneqin five sp ya, waktu itu kan Matsujun 3 kali kalah ya. Itu benar-benar memalukan!” dengan polosnya Aiba menjelaskan hal yang tidak perlu.
Menatap Aiba dengan penuh amarah, “Tolong, jangan ingatkan aku hal itu lagi”. Kemudian berbicara ke Kurosaki, “Terus, kau ini sebenarnya siapa? Kau pekerja sambilan ya. Ini kan jam-jamnya sekolah!?”.
Nino akhirnya berhenti bermain game, dia berjalan ke arah Kurosaki. “Mohon maaf semuanya karena sudah menyebabkan masalah. Aku yang membawanya ke sini. Namanya Kurosaki Ayumu, dia tinggal bersamaku.
Nah, Kuro chan beri salam ke mereka!” tangan Nino memaksa kepala Kurosaki menunduk.
“Namaku Kurosaki, umur 14 tahun yang hampir bunuh diri ke sungai kemarin. Kalau mau memandang rendah aku, silakan!” setelah berkata seperti itu, Kurosaki siap mendengarkan kata basa basi dari orang dewasa yang pura-pura berempati terhadap dirinya. Ternyata dugaannya salah,
Sho berkata, “Baru 14 tahun ya, hebat sudah berani ingin terjun ke sungai di cuaca seperti ini. Aku sih ga mau, pasti dingin. Kalau perlu baju, minta ke aku saja. Baju-baju adikku sepertinya masih ada.”
Aiba berkata, “Kau tinggal dengan Nino kan? Nanti gabung ke grup baseball ku ya!?”
Matsujun berkata, “Sebelum bunuh diri, perbaiki dulu cara bicaramu ke orang yang lebih tua.” setelah berkata seperti itu Matsujun langsung menuju meja rias dan membetulkan rambutnya.
Ohno yang dari tadi hanya mendengarkan sambil duduk di sofa mulai bangun dan jalan menuju Kurosaki, “Kuro chan, saat itu kamu pasti ingin dimarahi ya? Ingin diperhatikan ya? Dan di saat itu Nino chan datang padamu!? Aku tidak bisa melakukan sesuatu padamu saat ini, tapi aku bisa membuat gambar untukmu.” sesudah berkata seperti itu Ohno kembali ke sofa dan tidur-tiduran lagi.
Mendengar kata-kata dari anggota Arashi, benar-benar membuat dirinya merasa pantas ada di dunia. Kemudian dia memegang lengan baju Nino dan berkata dengan lirih, “Aku masih tidak bisa menceritakan semua hal tentang ku, mungkin suatu saat nanti. Dan... terima kasih.” wajahnya memerah. Nino pun tersenyum sambil mengusap-usap rambut Kurosaki.
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar